Jakarta, CNN Indonesia -- "Dia benar-benar baru terjun ke politik pada malam pemakaman ayahnya."
Demikian Idris Shaari Mat Aris menggambarkan kekagetannya menyaksikan detik-detik
Najib Razak terjun ke dunia politik empat dekade silam.
Kala itu, tak ada yang menyangka bahwa puluhan tahun kemudian, Najib bisa duduk di kursi perdana menteri
Malaysia, layaknya sang ayah, Abdul Razak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai pengawal pribadi Abdul Razak, Idris mengenal Najib sejak masih berusia 12 tahun. Menurut Idris, meski memiliki perangai seperti ayahnya, Najib tumbuh tanpa ambisi mengikuti jejak Abdul menjadi pemimpin.
Sedari kecil, Najib hanya ingin meniti kariernya di bidang bisnis, terutama setelah mendapat gelar sarjana dari fakultas ekonomi industri di Universitas Nottingham, Inggris.
Sepulangnya ke Malaysia, Najib sempat bekerja di Bank Negara sebelum menjabat sebagai manajer di perusahaan minyak negara, Petronas, bersama pamannya, Hussein Onn.
Semua berubah pada 14 Januari 1976, ketika Abdul Razak meninggal dunia karena leukemia. Sebagai anak sulung, Najib didaulat menggantikan posisi ayahnya di parlemen, sementara Hussein mengambil alih kursi perdana menteri.
Dalam semalam, Najib memiliki julukan baru, yaitu "sang darah biru politik" karena ayah dan pamannya menyandang gelar perdana menteri, sementara dia sendiri menjadi bakal anggota parlemen di usia sangat muda, 23 tahun.
Dua tahun kemudian, Najib ditunjuk menjadi Wakil Menteri Energi, Telekomunikasi, dan Pos. Ia pun menjadi pemegang jabatan wakil menteri paling muda dalam sejarah Malaysia.
Di bawah pemerintahan Mahathir Mohamad, Najib sempat mengisi beberapa pos penting, seperti Menteri Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga, kemudian Menteri Pertahanan, hingga Menteri Pendidikan.
Ketika kembali menjabat sebagai Menhan pada periode 2000-2008, Najib mengkoordinasikan bantuan Malaysia untuk tsunami di Indonesia dan penangkapan tersangka kasus bom Bali.
Reputasi Najib tercoreng ketika di bawah kepemimpinannya, Kemenhan Malaysia diduga melakukan korupsi pembelian dua kapal selam Scorpene dari perusahaan Perancis.
Najib pun disebut-sebut terlibat dalam pembunuhan Shaariibuugiin Altantuyaa, perempuan Mongolia yang menjadi penerjemah dalam proses pembelian kapal itu.
Pada 2004, percaturan politik Malaysia bergulir. Mahathir pensiun, digantikan oleh wakilnya, Abdullah Ahmad Badawi, yang kemudian memberikan jabatan lamanya kepada Najib.
Di tengah masa resesi global itu, Najib juga diberi tanggung jawab sebagai menteri keuangan. Najib pun menggunakan ilmu ekonominya untuk membuat serangkaian paket stimulus demi melindungi ekonomi Malaysia.
Meski demikian, popularitas partai berkuasa, UMNO, dan koalisinya, Barisan Nasional (BN), terus merosot, disusul oleh oposisi yang memegang kendali atas lima dari 13 negara bagian Malaysia dalam pemilihan umum 2008.
Saat UMNO terpuruk, Najib dipercaya menjadi perdana menteri. Namun, isu korupsi kembali menginfeksi sang darah biru politik Malaysia ini.
Pada 2009, Najib mengepalai 1Malaysia Development Berhad (1MDB), badan investasi negara yang didirikan sebagai bagian dari Program Transformasi Ekonomi.
Enam tahun beroperasi, 1MDB dilaporkan memiliki utang hingga 42 miliar ringgit atau setara Rp149 triliun, memberikan gambaran buruk pertumbuhan ekonomi Malaysia.
Hingga akhirnya, pada 2 Juli 2015,
Wall Street Journal merilis berita yang mengindikasikan ada aliran dana sebesar 2.672 triliun atau setara Rp9,5 triliun dari 1 MDB ke rekening pribadi Najib.
Meski terus membantah, nama Najib semakin tercoreng di mata publik. Berbagai belahan masyarakat pun mulai melakukan gerakan untuk menuntut Najib mundur.
Mahathir bahkan bersatu dengan musuh bebuyutannya, Anwar Ibrahim, yang pernah ia pecat dari jabatan wakil perdana menteri dan menjebloskannya ke penjara atas kasus sodomi, tuduhan yang sarat politik.
Dalam pemilihan umum kali ini, Mahathir dan Anwar membalut luka masa lalu demi melawan musuh bersama saat ini, Najib Razak.
"Yang penting menggulingkan Najib. Dia adalah monster di mata kebanyakan rakyat Malaysia," kata Mahathir dalam wawancara khusus dengan
AFP.
(has)