Jakarta, CNN Indonesia -- Menjelang rencana pertemuan dengan pemimpin Korea Utara
Kim Jong-un, Presiden Amerika Serikat
Donald Trump memperingatkan dia untuk melucuti senjata nuklir akan berakhir seperti pemimpin Libya Muammar Gaddafi.
Gaddafi digulingkan dan dibunuh saat maraknya gerakan Arab Spring 2011 lalu berlangsung di sejumlah negara Timur Tengah. Gaddafi terbunuh dalam operasi koalisi Amerika Serikat yang telah lama mendesaknya memusnahkan senjata pemusnah massal.
"Jika kita semua melihat model yang terjadi pada Gaddafi, itu jelas-jelas pembunuhan. AS meluncurkan misi ke Libya untuk mengalahkannya. Saat ini, model tersebut kemungkinan kembali terjadi jika kita [AS dan Korut] tidak meraih kesepakatan. Tapi jika kita sepakat, saya pikir Kim Jong-un akan sangat, sangat senang," kata Trump seperti dikutip
The Guardian, Jumat (18/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pernyataan itu diutarakan Trump menanggapi ancaman Kim Jong-un yang akan membatalkan pertemuan dengannya sebagai bentuk protes terhadap latihan militer gabungan yang masih dilakukan oleh AS dan Korea Selatan di Semenanjung Korea.
Trump mengatakan model Gaddafi tersebut diajukan oleh penasihat keamanannya, John Bolton sebagai pendekatan dalam menghadapi Korut di pertemuan puncak antara dia dan Kim 12 Juni mendatang di Singapura.
Namun, Trump nampaknya salah menafsirkan anjuran tersebut. Sebab, Bolton menganjurkan penerapan "model Libya" yang merujuk pada perjanjian perlucutan senjata nuklir antara AS dan Gaddafi pada Desember 2003 lalu.
Dilansir
CNN, meski bernada mengancam, Trump tetap menegaskan jaminannya tak akan menggulingkan rezim Kim Jong-un jika negara terisolasi itu sepakat melucuti senjata nuklir.
"Dengan kesepakatan, Kim Jong-un akan tetap berada di sana. Dia akan tetap bisa memimpin negaranya. Negaranya akan menjadi sangat kaya," kata Trump.
Dalam kesempatan itu, Presiden AS ke-45 itu sempat berasumsi bahwa perubahan sikap Korut tersebut dipengaruhi oleh Presiden China Xi Jinping. Sebab, ancaman pembatalan pertemuan dengan Trump dilontarkan Korut tak lama setelah Kim Jong-un bertemu Xi untuk kedua kalinya di Beijing.
Meski Trump sedikit ragu apakah pertemuannya dengan Kim akan tetap berlangsung, dia menegaskan tetap bersedia bernegosiasi dengan Kim Jong-un. "Kita harus mau melakukan ini. Kesepakatan memerlukan dua pihak yang ingin melakukannya bersama-sama," kata Trump.
[Gambas:Video CNN]"Kim benar-benar mau melakukan kesepakatan, atau bisa saja dia tidak mau melakukannya sama sekali," kata Trump menilai rencana pertemuannya dengan Kim Jong-un.
(nat)