Pejabat UMNO Akui Jam Sitaan Terkait 1MDB Kebanyakan Palsu

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Jumat, 25 Mei 2018 11:12 WIB
Anggota Majelis Tertinggi UMNO mengatakan bahwa sejumlah jam bermerek yang disita dalam penggeledahan di rumahnya terkait skandal 1MDB kebanyakan palsu.
Ilustrasi barang sitaan terkait skandal 1MDB. (Ariffin Jamar/The Straits Times via Reuters)
Jakarta, CNN Indonesia -- Anggota Majelis Tertinggi UMNO, Abdul Azeez Abdul Rahim, mengatakan bahwa sejumlah jam bermerek yang disita oleh Komisi Anti-Korupsi (MACC) dalam penggeledahan di rumahnya terkait skandal 1Malaysia Development Berhad (1MDB) kebanyakan palsu.

Abdul mengatakan bahwa 14 dari 20 jam tersebut, termasuk yang bermerek Rolex, ia beli di pasar malam di Kuala Lumpur dengan keterangan "triple A" alias kualitas imitasi paling tinggi.

"Saya tidak bisa memberikan sertifikat sebagian besar jam itu karena palsu. Saya beli jam-jam itu karena terlihat bagus dan saya berbagi dengan putra saya," ujar Abdul beberapa jam setelah MACC menggeledah rumahnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, Abdul kemudian mengatakan, "Tentu, beberapa ada yang asli. Saya sudah bekerja lebih dari 30 tahun, tentu saya bisa membeli beberapa jam asli."
Selain puluhan jam, MACC juga menyita uang senilai RM500 ribu. Tak hanya itu, petugas juga menyita mata uang lainnya, seperti US$, poundsterling, euro, rupiah, dan rufiyaa (mata uang Maladewa), dengan total nilai sekitar RM400 ribu (Rp1,4 miliar).

Anggota parlemen Baling, Kedah, ini kemudian menjelaskan bahwa uang tunai itu baru diambil dari akun UMNO daerah konstituennya pada Senin lalu untuk membiayai acara buka puasa bersama dan sejumlah pertemuan lainnya.

Sementara itu, mata uang asing dalam penggeledahan tersebut ia kumpulkan saat melakukan lawatan ke sejumlah negara, kebanyakan untuk misi kemanusiaan.

"Sejumlah mata uang itu akan saya tukarkan ketika saya pergi ke Jalur Gaza untuk program bantuan kemanusiaan, yang sudah saya rencanakan sejak sebulan lalu," tutur Abdul.
Menurut Abdul, uang asing tersebut diambil dari kas Kelab Putera 1Malaysia (KP1M), organisasi kemanusiaan non-pemerintah yang ia kepalai.

Secara keseluruhan, Abdul menjabarkan bahwa uang yang disita petugas terbagi jadi RM100 ribu (sekitar Rp 355 juta) dari rumahnya di Baling dan RM400 ribu dari kediamannya di Subang.

"Mereka butuh waktu untuk menghitungnya karena semuanya sudah dimasukkan ke amplop untuk dibagikan saat buka puasa bersama," ucap Abdul.

Tak hanya itu, petugas juga menyita perhiasan istri Abdul dengan nilai total sekitar RM50 ribu (sekitar Rp178 juta) hingga RM70 ribu (sekitar Rp249 juta).
Di akhir pembicaraan dengan The Straits Times, Abdul mengatakan bahwa menurutnya, operasi MACC ini tidak pas disebut penggeledahan.

"Lebih tepat dikatakan kunjungan dan petugas sangat profesional, baik, dan bahkan menghargai waktu berbuka dan ikut berdoa dengan kami," kata Abdul.

Ia pun memastikan tidak akan kabur dan bakal terus bekerja sama dengan aparat dalam mengungkap skandal 1Malaysia Development Berhad (1MDB) ini.

Namun, ketika ditanya mengenai pernyataan Kepala MACC, Shukri Abdul, bahwa ada "seorang anggota dewan dari wilayah utara" yang dikenal sebagai "raja uang" mencoba meminta penghentian penyelidikan 1MDB, Abdul menolak menjawab.

"Anggota dewan bagian utara bisa siapa saja dari Perak, Kedah, Perlis, atau Penang. Selama nama saya tidak disebut secara spesifik, saya tidak akan merespons," katanya.
Kasus ini menjadi perhatian luas setelah pada 2015 lalu Wall Street Journal melaporkan bahwa ada aliran dana sebesar US$681 juta (sekitar Rp9,6 triliun) dari 1MDB masuk ke rekening pribadi mantan Ketua Umum UMNO sekaligus Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak.

Saat menjabat, Najib selalu membantah tudingan ini dengan menegaskan bahwa uang tersebut merupakan sumbangan dari anggota keluarga Kerajaan Arab Saudi.

Setelah Najib digulingkan oleh Mahathir Mohamad dalam pemilu bersejarah 9 Mei lalu, pemerintah Malaysia langsung melakukan penyelidikan besar-besaran terhadap dugaan skandal korupsi 1MDB. (has)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER