
Dubes RI: Kesepakatan Bersama Trump-Kim Memberi Harapan
Natalia Santi, CNN Indonesia | Rabu, 13/06/2018 11:37 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Duta Besar RI untuk Korea Selatan Umar Hadi menilai berbagai kalangan baik pemerintahan maupun masyarakat umum Korea Selatan memiliki optimisme yang terjaga dalam menyikapi hasil-hasil pertemuan Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un di Singapura, Selasa (12/6).
Dubes Umar menilai ada tiga masalah pokok di Semenanjung Korea. Antara lain, soal denuklirisasi atauSemenanjung Korea yang bebas nuklir. Lalu bagaimana mewujudkan perdamaian yang langgeng dan permanen di Semenanjung Korea. Juga bagaimana memperbaiki hubungan antara dua Korea, yang sebagian kalangan memaknainya sebagai reunifikasi Korea.
"Orang tidak lupa bahwa ini sebetulnya satu bangsa," kata Dubes Umar saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (12/6).
"Tiga simpul besar itu saling terkait," kata mantan Konjen RI untuk Los Angeles, Amerika Serikat itu.
Dalam pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un, dua dari tiga masalah besar tersebut dibahas yakni denuklirisasi dan perdamaian yang abadi. "Karena itu masyarakat di Korea Selatan memiliki mix feeling," kata Dubes Umar.
Fakta bahwa pertama kalinya pemimpin Korut bisa bertemu dan berbicara langsung dengan Presiden Amerika Serikat adalah suatu terobosan yang baru dalam konstelasi di Semenanjung Korea.
Pertemuan tersebut diakhiri dengan pernyataan bersama yang isinya menurut Dubes Umar, cukup memberikan harapan meski tidak memuaskan semua pihak. "Ada komitmen untuk menindaklanjuti yang disepakati kedua pemimpin," kata Dubes Umar.
Presiden Korea Selatan Moon Jae-in menyatakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) di Singapura merupakan awal dari sebuah proses yang cukup panjang. "Ini adalah good start bagi sebagian orang," kata Dubes Umar.
Sebagian lagi mencermati bahwa banyak hal yang belum diatur dalam kesepakatan. Seperti pengaturan kerangka waktu, juga sanksi yang masih berlaku.
Bagi Indonesia, pertemuan Trump dan Kim Jong-un membawa keuntungan dengan meredanya ketegangan di Semenanjung Korea yang sejak tahun lalu telah terasa. "Paling tidak ketegangan itu sudah cair. Mulai dari Olimpiade Musim Dingin di Pyeongchang, dimana delegasi Korea Utara hadir. Lalu KTT Korsel-Korut pertama, dua kali bertemu, sekarang pertemuan langsung KTT AS-Korut," papar Umar Hadi.
Rangkaian pertemuan tersebut mencairkan ketegangan yang pada tahun lalu dimana banyak kalangan mengkhawatirkan akan kemungkinan meletusnya perang terbuka di kawasan. "Itu saja manfaat yang besar bagi Indonesia. Ada stabilitas, harapan stabilitas yang baik di kwasan," kata mantan Wakil Dubes RI di Belanda itu.
Di sisi lain di Korea Selatan, sentimen pasar modal menyambut meredanya ketegangan dengan Korea Utara. "Trend pasar modal meningkat, indeks sahamnya bagus sekali," kata Umar Hadi. "Ada sentimen positif dari segi bisnis," katanya.
Saat diminta untuk membandingkan antara mencairnya ketegangan di Semenanjung Korea dengan pertemuan Trump-Kim Jong-un dengan pertemuan Presiden AS George HW Bush dengan Presiden Uni Soviet Mikhail Gorbachev yang mengakhiri perang dingin, Umar menyatakan kedua hal tersebut berbeda dimensinya.
"Tanpa mengecilkan arti keberhasilan pertemuan di Singapura di mana isu pentingnya adalah perdamaian di kawasan, pertemuan Bush-Gorbachev saat itu adalah pertemuan dua superpower global. Mungkin berbeda dimensinya," kata dia.
Banyak kalangan masih menantikan tindak lanjut dari hasil pertemuan Trump dan Kim Jong-un di Singapura. "Saya menggunakan istilah optimisme yang terjaga atau guarded optimism," kata Dubes Umar.
[Gambas:Video CNN]
(nat)
Dubes Umar menilai ada tiga masalah pokok di Semenanjung Korea. Antara lain, soal denuklirisasi atauSemenanjung Korea yang bebas nuklir. Lalu bagaimana mewujudkan perdamaian yang langgeng dan permanen di Semenanjung Korea. Juga bagaimana memperbaiki hubungan antara dua Korea, yang sebagian kalangan memaknainya sebagai reunifikasi Korea.
"Orang tidak lupa bahwa ini sebetulnya satu bangsa," kata Dubes Umar saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (12/6).
"Tiga simpul besar itu saling terkait," kata mantan Konjen RI untuk Los Angeles, Amerika Serikat itu.
Dalam pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un, dua dari tiga masalah besar tersebut dibahas yakni denuklirisasi dan perdamaian yang abadi. "Karena itu masyarakat di Korea Selatan memiliki mix feeling," kata Dubes Umar.
Fakta bahwa pertama kalinya pemimpin Korut bisa bertemu dan berbicara langsung dengan Presiden Amerika Serikat adalah suatu terobosan yang baru dalam konstelasi di Semenanjung Korea.
Pertemuan tersebut diakhiri dengan pernyataan bersama yang isinya menurut Dubes Umar, cukup memberikan harapan meski tidak memuaskan semua pihak. "Ada komitmen untuk menindaklanjuti yang disepakati kedua pemimpin," kata Dubes Umar.
Presiden Korea Selatan Moon Jae-in menyatakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) di Singapura merupakan awal dari sebuah proses yang cukup panjang. "Ini adalah good start bagi sebagian orang," kata Dubes Umar.
Sebagian lagi mencermati bahwa banyak hal yang belum diatur dalam kesepakatan. Seperti pengaturan kerangka waktu, juga sanksi yang masih berlaku.
![]() Dubes RI untuk Korea Selatan, Umar Hadi |
Bagi Indonesia, pertemuan Trump dan Kim Jong-un membawa keuntungan dengan meredanya ketegangan di Semenanjung Korea yang sejak tahun lalu telah terasa. "Paling tidak ketegangan itu sudah cair. Mulai dari Olimpiade Musim Dingin di Pyeongchang, dimana delegasi Korea Utara hadir. Lalu KTT Korsel-Korut pertama, dua kali bertemu, sekarang pertemuan langsung KTT AS-Korut," papar Umar Hadi.
Rangkaian pertemuan tersebut mencairkan ketegangan yang pada tahun lalu dimana banyak kalangan mengkhawatirkan akan kemungkinan meletusnya perang terbuka di kawasan. "Itu saja manfaat yang besar bagi Indonesia. Ada stabilitas, harapan stabilitas yang baik di kwasan," kata mantan Wakil Dubes RI di Belanda itu.
Di sisi lain di Korea Selatan, sentimen pasar modal menyambut meredanya ketegangan dengan Korea Utara. "Trend pasar modal meningkat, indeks sahamnya bagus sekali," kata Umar Hadi. "Ada sentimen positif dari segi bisnis," katanya.
Saat diminta untuk membandingkan antara mencairnya ketegangan di Semenanjung Korea dengan pertemuan Trump-Kim Jong-un dengan pertemuan Presiden AS George HW Bush dengan Presiden Uni Soviet Mikhail Gorbachev yang mengakhiri perang dingin, Umar menyatakan kedua hal tersebut berbeda dimensinya.
"Tanpa mengecilkan arti keberhasilan pertemuan di Singapura di mana isu pentingnya adalah perdamaian di kawasan, pertemuan Bush-Gorbachev saat itu adalah pertemuan dua superpower global. Mungkin berbeda dimensinya," kata dia.
Banyak kalangan masih menantikan tindak lanjut dari hasil pertemuan Trump dan Kim Jong-un di Singapura. "Saya menggunakan istilah optimisme yang terjaga atau guarded optimism," kata Dubes Umar.
[Gambas:Video CNN]
(nat)
ARTIKEL TERKAIT

Presiden Korsel: Trump-Kim Hancurkan Warisan Perang Dingin
Internasional 1 tahun yang lalu
Korsel Minta Lupakan Tindakan Korut di Masa Lalu
Internasional 1 tahun yang lalu
Penyiar Propaganda Korut Kabarkan Pertemuan Kim dan Trump
Internasional 1 tahun yang lalu
INFOGRAFIS: Mencalang Kekuatan Militer Korea Utara
Internasional 1 tahun yang lalu
INFOGRAFIS: Perang Mulut Donald Trump-Kim Jong-un
Internasional 1 tahun yang lalu
Kim Jong-un, Misteri Sang Pemimpin Negara Terisolasi
Internasional 1 tahun yang lalu
BACA JUGA

UFC 245: Usman Rusak Rahang Petarung Pendukung Donald Trump
Olahraga • 15 December 2019 16:49
Kemenkeu Ramal Perang Dagang Lanjut Walau Trump Kalah Pilpres
Ekonomi • 10 December 2019 07:51
BI Cermati Ekonomi AS di Bawah Trump
Ekonomi • 09 December 2019 10:21
Trump Kecam Bank Dunia Karena Beri Pinjaman ke China
Ekonomi • 07 December 2019 23:33
TERPOPULER

China Kebakaran Jenggot Usai Dokumen Soal Uighur Bocor
Internasional • 3 jam yang lalu
KTT Iklim COP25 Berakhir Mengecewakan
Internasional 1 jam yang lalu
Kemlu Maklumi China Rayu Ormas Islam RI soal Uighur
Internasional 5 jam yang lalu