Jakarta, CNN Indonesia -- Umat Islam di dunia masih merayakan Idulfitri. Mereka merayakan Idulfitri dengan pesta makan bersama dan pemberian kado.
Namun tak ada pesta makan besar bersama buat pengungsi Rohingya di kamp-kamp Bangladesh. Sabtu (16/6), para pengungsi Rohingya merayakan Idulfitri dengan demonstrasi damai untuk menuntut keadilan dan repatriasi.
Bagi ratusan ribu umat Muslim Rohingya ini adalah Idulfitri pertama yang mereka habiskan di tenda-tenda sempit.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengutip AFP, Rahim Uddin, pengungsi Rohingya berusia 35 tahun mengungkapkan bahwa Idulfitri yang menandai akhir bulan Ramadan, sangat berbeda di tahun ini.
"Tapi Allah harus dipuji, setidaknya kami memiliki tempat yang damai untuk ditinggali dan bisa merayakan (Idulfitri). Kami bisa pergi ke masjid tanpa gangguan apa pun," kayanya dari dalam kamp Kutupalong di distrik Cox's Bazar.
Masjid-masjid di kamp pun penuh pada Sabtu pagi (16/6) ketika para pengungsi berdoa untuk keselamatan mereka dari banjir bandang dan tanah longsor saat musim hujan. Usai salat, mereka pun saling berpelukan satu sama lain.
Anak-anak di kamp pun berlarian dengan menggunakan pakaian baru. Mereka juga bergembira saat naik komedi putar dan aneka hiburan lainnya.
"Saya menjual beberapa benda di pasar lokal untuk memberikan anak-anak saya pakaian baru. Mereka sangat bahagia," kata Manu Mia, salah satu pengungsi.
Namun di sisi lain, ratusan pengungsi melancarkan protes selama satu jam,ini adalah hal yang biasa di kamp.
Dengan memegang spanduk, para demonstran meneriakkan slogan dan menuntut kewarganegaraan Rohingya dan juga keamanan dari PBB.
Mohammad Mohibullah, pemimpin komunitas mengatakan pada AFP bahwa mereka ingin PBB memasukkan perwakilan Rohingya dalam prosedur repatriasi. Hanya saja, sampai saat ini PBB belum memberikan komentarnya.
(chs)