Jakarta, CNN Indonesia -- Politikus sekaligus reformis Malaysia,
Anwar Ibrahim, yakin Perdana Menteri
Mahathir Mohamad akan menyerahkan takhta kepadanya, sesuai perjanjian koalisi Pakatan Harapan sebelum pemilihan umum.
"Jika kalian bertanya apakah saya percaya kepada Mahathir mengenai transisi jabatan, saya jawab, 'ya, percaya dia.' Posisi PM sudah jauh sebelumnya disepakati semua pihak koalisi untuk diberikan kepada Mahathir," kata Anwar saat berpidato di forum kepemimpinan di Jakarta, Rabu (4/7).
"Tun Mahathir juga sudah berulang kali menjanjikan penyerahan jabatan itu jadi saya tidak perlu meragukan integritasnya soal komitmen."
Namun, Anwar mengatakan penyerahan jabatan sebagai PM tidak bisa ia terima begitu saja. Masih ada sejumlah proses yang harus ia tempuh, salah satunya pemilihan umum parlemen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Soal kapan dan bagaimana transisi itu berjalan ini tidak akan sulit, tapi pasti membutuhkan proses. Seperti yang sudah dikatakan, istri saya, Wan Azizah Wan Ismail-yang saat ini menjabat sebagai wakil PM-juga akan mengundurkan diri ketika transisi terjadi," kata Anwar.
Pernyataan ini disampaikan di tengah keraguan publik akan janji penyerahan takhta itu mengingat Anwar dan Mahathir pernah menjadi musuh besar.
PM berusia 93 tahun itu bahkan pernah memenjarakan Anwar atas tuduhan sodomi dan korupsi untuk menjegal karier politiknya. Namun, Anwar menegaskan ia sudah sepenuhnya memaafkan Mahathir.
"Kami sudah berperang sengit hampir 20 tahun dan saya memilih untuk saling memaafkan karena agenda reformasi dan kesejahteraan rakyat lebih utama," kata Anwar.
Hubungan Anwar dan Mahathir pada awalnya sangat baik. Anwar pernah menjadi wakil Mahathir saat masih menjabat sebagai PM 1993-1998 lalu. Namun, kekompakan mereka tak berlangsung lama, terutama saat Anwar mulai dianggap berbeda pendapat dengan Mahathir.
Pada 1998, Mahathir memecat Anwar karena menyuarakan perubahan sistem pemerintahan. Sejak itu, hubungan keduanya tak pernah akur.
Puncaknya pada 1999, Mahathir menjebloskan Anwar ke penjara atas tuduhan sodomi, kasus yang dianggap bermotif politik. Tak hanya di masa pemerintahan Mahathir, Anwar juga dijebloskan ke penjara atas tuduhan yang sama pada era Najib sekitar 2015 lalu.
Saat itu pula, kasus korupsi Najib mulai mengemuka. Mahathir akhirnya bergabung dengan koalisi Pakatan Harapan yang digagas oleh Anwar demi mengalahkan musuh bersama mereka, Najib.
Anwar mengaku tak sedikit pihak yang menganggapnya gila karena mau memaafkan Mahathir. Namun, menurutnya hal itu diperlukan demi kepentingan negara.
"Apalah artinya kepemimpinan kalau tidak untuk mengamankan dan melindungi kepentingan masyarakat? Pemimpin politik tak hanya harus jujur dan mengerti keadilan, tapi juga harus mengerti cara welas asih," tutur Anwar.
(has)