Jakarta, CNN Indonesia -- Empat bulan lalu, Wahyudin harus bergegas 2 jam sebelumnya demi bisa mengantar dua anaknya ke sekolah setiap pagi dengan motor bebeknya. Pria 50 tahun itu mesti menerjang jarak sekitar 12 kilometer untuk mencapai SMP 2 Mangkurakyat Kecamatan Cilawu, dari kampungnya di Desa Cibunar, Kecamatan Tarogong Kidul,
Garut. Namun kini, hal itu tak perlu lagi, berkat
Jembatan Diplomasi yang dibangun Kementerian Luar Negeri RI.
Jembatan Diplomasi dibangun pada Januari lalu dengan proses pengerjaan sekitar tiga bulan. Bersama pejabat Kemlu RI, Menteri Luar Negeri Retno Lestari Priansari Marsudi secara langsung meresmikan jembatan tersebut pada Jumat (13/7) sore.
Jembatan Diplomasi memiliki panjang 80 meter. Jembatan ini menghubungkan Desa Cibunar, Kecamatan Tarogong Kidul dan Desa Mangkurakyat Kecamatan Cilawu yang terpisah oleh Sungai Cimanuk.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak Jembatan Diplomasi berdiri, Wahyudin mengatakan dia hanya perlu menempuh jarak 6 kilometer saja untuk mengantar anak-anak sekolah atau sekedar menjemput istri dari pasar.
"Buat kami ini [Jembatan Diplomasi] itu berkah.
Nggak perlu lagi takut-takut nyebrang pakai jembatan bambu. Sekarang jembatan baru bisa dipakai untuk menyeberang pakai motor juga," kaya Wahyudin kepada
CNNIndonesia.com, Jumat (13/7).
Sebelum jembatan besi ini berdiri, warga sekitar sudah membangun jembatan seadanya berbahan bambu dan kayu. Wahyudin mengatakan jembatan ala kadarnya itu sudah dibangun sejak ia kecil dan tidak pernah diperbaiki.
Jembatan itu, paparnya, juga pernah hanyut saat banjir bandang pada 2016 lalu dan lagi-lagi hanya dibangun semampu warga.
Jika hujan turun, ia berkata orang tak berani melewati jembatan itu. Padahal, sekolah, puskesmas, dan pasar terletak di Desa Mangkurakyat.
 Foto: CNNIndonesia/Riva Dessthania Suastha Jembatan Diplomasi |
"Tidak hujan juga jembatan sebelumnya rawan, karena réyot (rapuh hampir roboh). Bawa motor tidak bisa, kalau mau
nyebrang harus satu-satu. Susah pokoknya
mah," papar Wahyudin.
"Karena itu, kami sangat senang ada bantuan akhirnya untuk bangun Jembatan Diplomasi. Jembatan ini lebih kuat dan kokoh."
Jembatan Diplomasi merupakan sumbangan dari ASEAN Charity Golf - Jakarta Ambassador Golf Association (JAGA) yang diketuai Wakil Menteri Luar Negeri AM Fachir. Para diplomat tersebut secara pribadi menyisihkan pendapatan mereka untuk donasi proyek kemanusiaan di beberapa daerah di Indonesia.
Dalam pidatonya, Retno mengatakan bantuan pembangunan jembatan ini merupakan bentuk nyata bahwa diplomat tak hanya melulu bersidang ke luar negeri, tapi juga memiliki tugas kemanusiaan yang tak boleh terlupakan.
"Diplomat juga harus memiliki kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Diplomasi harus membumi. Diplomasi dan keberadaan para diplomat harus juga dirasakan manfaatnya langsung oleh rakyat," kata Retno.
"Kenapa harus jembatan tidak benda atau bantuan lain? Karena kami adalah seorang diplomat yang memiliki tugas utama berdiplomasi. Kamk sering menjadi penghubung atau menjembatani jika ada dua negara yang berkonflik. Dan saya pikir kenapa tidak kami benar-benar membangun jembatannya saja?"
Lebih lanjut, Retno berharap jembatan ini bisa menghubungkan dua desa hingga bisa lebih terkoneksi. Selain itu, dia juga berharap jembatan ini bisa semakin mendekatkan warga Desa Cibunar dan Mangkurakyat agar terhindar dari potensi konflik.
 Foto: CNNIndonesia/Riva Dessthania Suastha |
Dalam kesempatan yang sama, Bupati Garut H. Rudi Gunawan menyatakan ungkapan terima kasih atas bantuan para diplomat asing bagi salah satu daerahnya.
"Hampir selama 20 tahun menjadi daerah tertinggal dari Kabupaten Sukabumi. Namun, kami sekarang merangkak untuk bisa sejajar dengan daerah lain. Apalagi setelah bencana banjir 2015 hingga menewaskan lebih dari 50 warga, tantangan untuk memajukan Garut cukup besar," kata Rudi.
"Namun alhamdulillah sejak saya menjabat sebagai Bupati bantuan-bantuan terutama dari pemerintah asing juga terus berdatangan. Ini juga berkat Kementerian Luar Negeri RI."
(nat)