Jakarta, CNN Indonesia --
Imran Khan semakin dekat ke puncak kekuasaan setelah hasil penghitungan suara sementara
pemilihan umum Pakistan menunjukkan keunggulan bagi sang mantan bintang kriket yang banting stir menjadi politikus itu.
Dengan 48 persen suara terhitung, partai tempat Khan bernaung, Pakistan Tehreek-i-Insaf (PTI), sudah menguasai 113 dari 272 kursi Majelis Nasional yang diperebutkan dalam pemilu pada Rabu (25/7) ini.
Berdasarkan penghitungan Komisi Pemilihan Umum Pakistan (ECP), partai berkuasa di Pakistan, Muslim League-Nawaz (PML-N) unggul di 64 daerah konstituen.
Menyusul di belakang PML-N adalah Partai Rakyat Pakistan (PPP). Partai pimpinan putra mendian mantan Perdana Menteri Benazir Bhutto itu memimpin di 42 daerah konstituen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam pemilu ini, setiap partai yang bertarung harus merengkuh paling tidak 137 kursi untuk membentuk mayoritas parlemen. Pihak yang berhasil mencapai suara mayoritas berhak membentuk pemerintahan.
Meski belum mendapatkan jumlah suara yang dibutuhkan, juru bicara PTI, Fawd Chaudhry, sudah mengatakan, "Selamat kepada negara atas Pakistan yang baru! Perdana Menteri Imran Khan."
Namun, Shehbaz selaku pemimpin PMLN dan saudara dari calon perdana menteri Nawaz Sharif tak menerima hasil ini.
Ia menganggap ada kecurangan dalam proses penghitungan suara, terutama karena perwakilan dari partainya tak diperbolehkan mengawasi.
Kekhawatiran akan kecurangan ini pertama kali muncul setelah ECP memutuskan untuk menunda proses rekapitulasi karena masalah teknis.
"Meskipun ada masalah teknis, pemilihan umum ini 100 persen adil dan transparan," kata Ketua ECP Sardar Muhammad, Kamis (26/7).
Kontroversi rekapitulasi suara muncul seiring peredaran isu bahwa militer Pakistan campur tangan mempengaruhi hasil pemilu agar Imran Khan menang.
Pemilu kali ini memang dilihat sebagai area persaingan ketat antara PTI dan PML-N. Partai pengusung Nawaz Sharif itu mengklaim menjadi sasaran persekongkolan militer dalam pemilu kali ini.
Sharif dijebloskan ke penjara atas tuduhan korupsi beberapa hari sebelum pemilihan digelar. Saat itu, Sharif dianggap sebagai saingan terberat Khan. Namun, militer berkeras membantah tuduhan tersebut.
(has)