Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang mata-mata Rusia diduga menyamar sebagai warga lokal dan bekerja untuk kedutaan besar Amerika Serikat di Moskow selama sedikitnya satu dekade sebelum dipecat pada 2017 lalu.
Perempuan itu berkewarganegaraan Rusia dan dan disebut direkrut oleh pengawal presiden, Secret Service AS. Seorang sumber yang dikutip
The Guardian dan
CNN memaparkan penyamarannya terungkap saat dia diperiksa diselidiki oleh Kementerian Luar Negeri AS.
Hasil pemeriksaan menemukan bahwa wanita itu kerap melakukan pertemuan tidak sah secara rutin dengan badan intelijen utama Rusia, FSB.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami memperkirakan mereka semua [staf lokal] berbicara dengan FSB, tapi dia memberi lebih banyak informasi kepada FSB daripada yang seharusnya," tutur sumber tersebut kepada
CNN seperti dikutip
AFP, Jumat (3/8).
Wanita itu disebut memiliki akses ke sistem komputer dan sistem email Secret Service. Akses itu memudahkannya untuk mengakses informasi-informasi sensitif termasuk jadwal presiden dan wakil presiden AS.
"Tetapi dia tidak memiliki akses informasi sangat rahasia," ujar informan itu kepada
CNN.Sementara itu, The Guardian melaporkan Secret Service harus menahan rasa malu karena membiarkan mata-mata tersebut keluar dari kedubes AS. Pemecatan dilakukan ketika Rusia memerintahkan pemecatan 750 personel kedubes AS selama kisruh diplomatik Moskow-Washington berlangsung tahun lalu.
Kisruh diplomatik itu terjadi menyusul dugaan campur tangan Rusia dalam pemilihan presiden AS 2016.
"Secret Service berusaha menyembunyikan pelanggaran itu dengan memecatnya," ujar seorang sumber kepada surat kabar Inggris itu.
"Kesalahan sudah terjadi tetapi manajemen senior Secret Service tidak melakukan penyelidikan internal untuk meninjau pelanggaran dan melihat apakah yang bersangkutan merekrut karyawan lainnya di kedubes untuk memberi informasi yang lebih banyak padanya," kata sumber itu menambahkan.
AFP kemudian meminta konfirmasi soal laporan ini kepada Kemlu AS. Kementerian tersebut mengatakan tengah menelusuri laporan itu tetapi tak mengomentari masalah pelanggaran intelijennya.
Relasi Kremlin dan gedung Putih terus memanas terutama sejak pemilu 2016 lalu, meski hubungan pribadi Presiden Donald Trump dan Presiden Vladimir Putin mesra. Moskow diduga mempengaruhi hasil pemilu AS supaya Trump bisa berlenggang ke Gedung Putih.
Sebelum kisruh intervensi Rusia di pemilu AS, relasi Moskow dan Washington juga terbilang tegang mulai dari konflik di Suriah, pencaplokan Krimea dan konflik di Ukraina, hingga kesepakatan nuklir Iran.
(nat)