Jakarta, CNN Indonesia --
Korea Utara disebut meyakini ada "peluang besar" bagi pemimpin tertingginya,
Kim Jong-un, bertemu dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk kedua kalinya.
Hal itu disampaikan seorang pejabat Gedung Putih yang memiliki pengetahuan mendalam terkait posisi Pyongyang terkait hal ini. Sumber itu menyebut keinginan Korut tersebut bisa dilihat dari surat yang baru-baru ini dikirim Pyongyang untuk Trump.
Pejabat itu menganggap pertukaran surat antara Trump dan Kim ini merupakan tanda positif bagi progres relasi kedua negara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia memaparkan meski belum ada tanggal dan lokasi yang ditentukan untuk menggelar pertemuan, KTT kedua Trump-Kim Jong-un kemungkinan akan berlangsung dalam "beberapa waktu ke depan di tahun ini."
Informan itu juga mengatakan bahwa Korut berharap Trump dan Kim bisa menggelar negosiasi soal denuklirisasi yang lebih menguntungkan Pyongyang.
"Pyongyang sedang menunggu Washington melakukan 'langkah berani' untuk melanjutkan pembicaraan," tutur pejabat tersebut seperti dikutip
CNN, Senin (7/8).
Kabar keinginan Kim Jong-un untuk bertemu lagi dengan Trump muncul di saat AS menghadapi kritik terkait proses denuklirisasi Korut yang dianggap lambat dan tidak jelas. Padahal, proses denuklirisasi itu disebut Trump telah disepakati bersama Kim Jong-un dalam pertemuan pertama mereka di Singapura pada 12 Juni lalu.
Sementara itu, pada akhir pekan lalu, Menteri Luar Negeri Korut Ri Yong Ho juga menyebut tindakan AS pasca-KTT Trump-Kim Jong-un masih "menghkhawatirkan". Ri menyoroti sikap AS yang masih tetap menerapkan sanksi ekonomi terhadap negaranya.
 Foto: Anthony Wallace/Pool via Reuters |
Dia juga menyayangkan komitmen AS yang dianggap belum sepenuhnya berfokus pada perundingan traktat perdamaian Perang Korea sebagai salah satu isu yang disepakati dalam KTT 12 Juni lalu. Sebab, alih-alih perjanjian damai, Perang Korea 1950-1953 lalu hanya berakhir dengan kesepakatan gencatan senjata.
Ri menganggap ketidakseriusan AS dalam kedua hal itu mampu menggagalkan pembicaraan denuklirisasi.
Meski begitu, pejabat Gedung Putih itu menganggap pernyataan Ri tersebut hanyalah "taktik negosiasi untuk memberikan tekanan" bagi Trump.
[Gambas:Video CNN]Dalam kesempatan berbeda, Kementerian Luar Negeri AS juga menegaskan komitmen untuk membuat satu mekanisme perdamaian demi mengganti kesepakatan gencatan senjata itu, namun hal itu akan dilakukan Washington jika Korut benar-benar menghentikan program nuklirnya.
(nat)