Jakarta, CNN Indonesia --
Taliban menyatakan menerima undangan
Rusia untuk melakukan perundingan damai, sementara pemerintah
Afghanistan sendiri menolak tawaran tersebut.
"Pemimpin kami menerima undangan Rusia untuk berpartisipasi dalam perundingan damai yang digagas Rusia," ujar juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, sebagaimana dikutip
Reuters, Rabu (22/8).
Seorang komandan Taliban kemudian mengatakan bahwa ada setidaknya empat anggota senior yang dipimpin oleh Sher Mohammad Abbas Stanekzai akan menghadiri perundingan di Rusia tersebut.
Rusia sendiri mengundang sejumlah negara untuk ikut serta dalam perundingan yang rencananya digelar pada 4 September mendatang tersebut, termasuk Amerika Serikat dan Afghanistan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun sebelumnya, pemerintah Afghanistan menyatakan tidak akan hadir dalam perundingan yang disebut bakal menentukan arah negaranya tersebut.
"Kami memutuskan tidak akan hadir dalam konferensi Moskow," ucap seorang pejabat dari Kementerian Luar Negeri Afghanistan.
Juru bicara tersebut menekankan bahwa Afghanistan akan melakukan pembicaraan langsung dengan Taliban tanpa campur tangan negara lain.
Pernyataan ini dianggap sebagai pergeseran sikap pemerintah Afghanistan. Sebelumnya, penasihat keamanan nasional Afghanistan, Hanif Atmar, mengaku meminta Duta Besar Rusia, Alexander Mantytski, untuk "menekan Taliban agar memulai negosiasi."
Melihat ketidakjelasan ini, seorang diplomat senior di Afghanistan yang juga diundang dalam perundingan tersebut lantas mengatakan bahwa negaranya masih mempertimbangkan kehadiran mereka.
"Tak ada gunanya melakukan perundingan mengenai Afghanistan jika para pemimpin negara itu sendiri tidak hadir," ucapnya.
Kedubes Rusia di Kabul sendiri belum dapat dihubungi oleh
Reuters.
Menurut sejumlah diplomat senior di Kabul, beberapa bulan ini Moskow memang sedang memperkuat kontak langsung dengan Taliban.
Namun, Rusia membantah tudingan NATO bahwa Moskow memasok senjata untuk kelompok pemberontak tersebut.
Empat puluh tahun berselang setelah Moskow mengerahkan pasukannya dalam okupasi berdarah di Afghanistan, konflik faksional memang masih terus menghantui negara tersebut.
Taliban menggencarkan serangannya beberapa pekan belakangan. Mereka menyatakan akan terus melancarkan gempuran meski pemerintah Afghanistan sudah menawarkan gencatan senjata.
Laporan dari beberapa lembaga internasional mengindikasikan Taliban sudah menguasai sekitar 40 persen dari keseluruhan distrik di Afghanistan.
(has)