Jakarta, CNN Indonesia -- Korban jiwa akibat
Badai Maria di Puerto Rico melonjak dari 64 menjadi hampir 3.000 jiwa. Sebagian besar korban badai yang menghantam Puerto Rico pada September 2017 lalu adalah kaum miskin dan warga lanjut usia.
Pernilaian tersebut diungkapkan Fakultas Kesehatan Masyarakat Institute Milken Universitas George Washington, Selasa (29/8).
Dilansir
Deutsche Welle, angka 2.975 berasal dari perbandingan antara perkiraan kematian dalam kondisi normal dan detail kematian pasca hantaman Badai Maria di Puerto Rico pada September 2017, dan lima bulan berikutnya pada Februari 2018.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Carlos Santos-Burgoa, profesor kesehatan global yang memimpin penelitian menyatakan bahwa tingginya jumlah korban akibat kurangnya kesiapsiagaan menghadapi bencana.
"Kita tidak punya budaya kesiapsiagaan," kata dia.
Sebagian besar pulau tersebut dibiarkan tanpa aliran listrik selama berbulan-bulan setelah
Badai Maria berkecepatan 240 kilometer per jam menghempas pulau itu. Kerugian diperkirakan mencapai US$90 miliar.
"Persiapan yang tidak memadai, tidak adanya pelatihan personil untuk menanggapi krisis dan komunikasi darurat, ditambah hambatan untuk mendapatkan ifnormasi secara akurat, tepat waktu dan meningkatnya generasi rumor akhirnya menurunkan transparansi dan kredibilitas pemerintah Puerto Rico," tulis laporan itu seperti disampaikan
Deutsche Welle.Mereka yang ditanyai dalam laporan itu menyatakan tidak mendapat informasi bagaimana mengesahkan kematian dalam kondisi bencana.
Ketidakstabilan finansial dan infrastruktur yang bobrok membuat Pulau Karibia itu rentan terhadap bencana seperti itu.
Gubernur Puerto Rico Ricardo Rossello langsung mengumumkan lonjakan jumlah korban. "Meski itu hanya perkiraan, secara resmi kami menempatkan jumlah tersebut sebagai angka korban jiwa resmi," kata Rossello.
Rosello menyatakan akan menjadikan 2.975 sebagai angka resmi korban jiwa akibat
Badai Maria di Puerto Rico.
(nat)