Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden
Amerika Serikat (AS)
Donald Trump mengklaim telah menyelamatkan penduduk Idlib di Suriah dari serangan yang bisa membunuh jutaan orang dan akan menjadi tragedi yang memalukan.
Dalam konferensi pers di New York, Trump menyebut bahwa ia telah memberi perintah agar serangan itu jangan sampai terjadi kepada Menteri Luar Negeri dan Penasihat Keamanan Nasional, dan "(serangan) Itu berhenti," tuturnya.
"Tidak ada yang mau mengakui (peran) saya, tapi tak apa. Tak apa-apa karena orang-orang mengetahui. Jutaan orang telah diselamatkan," jelas Trump.
Padahal kesepakatan gencatan senjata ini juga dilakukan atas pertemuan yang dilakukan Rusia dan Turki di kota resort Sochi di Laut Hitam pada pekan lalu (17/9). Hasil dari pertemuan itu sepakat untuk membentuk zona penyangga (
buffer zone) di Idlib untuk mencegah adanya serangan militer.
Iran, Rusia, dan Suriah, menurut Trump tidak layak mendapat pujian, "karena tidak melakukannya". Ia juga menyebut bahwa Turki yang mendukung beberapa kelompok bersenjata di Suriah juga telah, "sangat membantu."
Trump mengakui bahwa pihaknya masih memiliki target militer tertentu di Suriah. Tapi pihaknya tidak akan melakukan operasi militer skala besar.
Suriah selama ini mendapat dukungan militer penting dari Rusia dan Iran. Ketiganya dianggap tengah berencana untuk menyerang Idlib yang menjadi benteng terakhir pemberontak Suriah selama perang di negara itu.
Kesepakatan Rusia dan Turki ini dilakukan setelah muncul peringatan internasional, termasuk AS, terkait rencana gempuran ke Idlib. Seruan itu menyebut bahwa serangan militer akan memicu pertumpahan darah di provinsi dengan 3 juta penduduk itu.
Perang Suriah saat ini telah masuk ke tahun ke delapan dan telah menewaskan lebih dari 360ribu orang dan menelantarkan jutaan orang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
(eks/eks)