AS-Beijing Panas, Jet AS Terbang di Laut China Selatan

Tim | CNN Indonesia
Kamis, 27 Sep 2018 14:40 WIB
Amerika Serikat mengerahkan pesawat pengebom B-52 ke Laut China Selatan pada awal pekan ini di saat relasi Washington dan Beijing memanas akibat perang dagang.
Ilustrasi (Air Force/Handout via REUTERS)
Jakarta, CNN Indonesia -- Amerika Serikat mengerahkan pesawat pengebom B-52 ke Laut China Selatan pada awal pekan ini di saat relasi Washington dan Beijing memanas akibat perang dagang.

"Pengerahan pesawat militer itu sebagai bagian dari operasi terjadwal dan rutin guna meningkatkan interoperabilitas kami dengan mitra serta sekutu AS di kawasan," kata Juru bicara Pentagon, Letnan Kolonel Dave Eastburn, seperti dikutip The Strait Times, Kamis (27/9).

Selain di Laut China Selatan, Eastburn mengatakan AS juga mengerahkan jet pengebomnya itu di Laut China Timur "dalam sebuah operasi gabungan rutin."

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Patroli semacam ini kerap mengundang protes dari China, yang mengklaim hampir 90 persen wilayah Laut China Selatan sebagai kedaulatannya.

Sementara itu, AS selama ini memprotes militerisasi China di perairan yang masih menjadi sengketa antara Beijing dan sejumlah negara Asia Tenggara seperti Vietnam, Malaysia, Filipina, dan Brunei itu.

Baru-baru ini, Beijing memprotes permintaan kapal perang AS yang ingin mengunjungi Hong Kong. China juga memanggil duta besar AS di Beijing dan membatalkan pembicaraan militer dengan Washington.

Langkah tersebut dilakukan pemerintahan Presiden Xi Jinping sebagai bentuk protes terhadap langkah Presiden Donald Trump yang menjatuhkan sanksi pada sebuah lembaga militer China lantaran membeli jet tempur dari Rusia.

Selain terlibat perang dagang, Trump juga menuduh China berupaya mencampuri pemilihan Kongres pada November mendatang. Tudingan itu dianggap semakin memperkeruh perselisihan kedua negara.

Dalam kesempatan berbeda, Menteri Pertahanan AS James Mattis membantah bahwa relasi Washington dan Beijing berubah lantaran penerapan sanksi tersebut.

"Kami tentu mempertahankan hubungan antar-militer meski intensitas dan tingkat partisipasi mungkin naik dan turun. Meski begitu ada hubungan strategis di sana yang saya pikir kedua belah pihak sama-sama membutuhkannya," kata Mattis. (rds/eks)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER