Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah
China menunda rencana membolehkan perdagangan
cula badak dan tulang harimau secara terbatas untuk digunakan sebagai pengobatan tradisional. Hal itu dilakukan setelah gagasan itu menuai kecaman dari seluruh pegiat pecinta satwa liar.
Wakil Sekretaris Jenderal Dewan Negara China, Ding Xuedong mengatakan peraturan ini akan ditangguhkan tanpa menyebut batas waktu.
Pada bulan lalu, China hendak membolehkan penggunaan bagian tubuh harimau dan badak untuk pengobatan. Namun, para ahli satwa liar memperingatkan hal ini dapat berdampak buruk pada populasi satwa liar yang terancam punah, seperti dilansir
The Guardian, Rabu (14/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penundaan itu membawa dampak positif bagi China. Berbagai kelompok pegiat satwa liar menyambut baik perubahan yang dilakukan oleh pemerintah china.
Dukungan itu diutarakan oleh Paul De Ornellas, penasihat lembaga pecinta satwa World Wildlife Fund (WWF).
"Peran Tiongkok dalam menangani perdagangan satwa liar sangat penting, dan kami menyambut baik keputusannya untuk menunda pencabutan larangan penggunaan tulang harimau dan cula badak di rumah sakit," kata dia.
"Sangat penting untuk memberitahukan bahwa nilai populasi harimau dan badak jauh lebih besar dibandingkan dengan nilai tulang dan tanduk mereka," kata dia menambahkan.
China merupakan pasar terbesar untuk perdagangan tulang harimau dan cula badak secara ilegal. Setiap kebijakan baru dari China pastinya akan membuat perubahan besar terhadap satwa liar yang terancam punah.
Rencana untuk melegalkan perdagangan satwa liar dinilai dapat memicu perburuan gelap secara besar di Afrika dan Asia.
Meski begitu, penangguhan ini masih dipertanyakan sebab Presiden China, Xi Jinping merupakan pendukung kuat industri obat tradisional China, yang sebagian besar ingin menggunakan produk dari harimau dan badak.
(cin/ayp)