Belanda Janjikan Kuasa Hukum Gratis Bantu Kerabat Korban MH17

CNN Indonesia
Selasa, 08 Jan 2019 13:20 WIB
Kerajaan Belanda menawarkan bantuan kuasa hukum gratis untuk mendampingi keluarga korban pesawat Malaysia Airlines MH17 yang ingin mengajukan tuntutan.
Ilustrasi puing-puing pesawat Boeing 777 milik Malaysia Airlines MH17 yang ditembak jatuh di sebelah timur Ukraina. (REUTERS/Maxim Zmeyev)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah Kerajaan Belanda menawarkan bantuan kuasa hukum gratis untuk mendampingi keluarga korban pesawat maskapai Malaysia Airlines dengan nomor penerbangan MH17. Mereka melakukan itu untuk membantu kerabat korban yang ingin mengajukan tuntutan.

"Bantuan hukum gratis sedang diatur untuk kerabat yang ingin memperkuat pertahanan hukum mereka dalam persidangan," kata Menteri Hukum Belanda, Ferd Grapperhaus seperti dikutip AFP, Selasa (8/1).

Pesawat itu meledak di udara setelah ditembak dengan rudal, ketika melintasi wilayah udara Hrabove, Donetsk, Ukraina yang dikuasai pemberontak pro Rusia, dan menewaskan 283 penumpang dan 15 awak.
Grapperhaus menyatakan penyelidikan gabungan perkara itu sudah hampir selesai. Menurut dia, seluruh klaim tuntutan kerabat korban yang sudah dibayarkan oleh pihak-pihak di luar pelaku, seperti maskapai dan asuransi, tidak akan dipertimbangkan oleh pengadilan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Persidangan soal insiden MH17 akan dimulai dalam lima tahun ke depan, dan kemungkinan besar akan berlangsung di Den Haag, Belanda. Lima negara terlibat dalam penyelidikan kasus ini. Yaitu Australia, Belanda, Belgia, Malaysia, dan Ukraina.

Insiden itu terjadi pada 17 Juli 2014,. Pesawat Boeing 777 milik Malaysian Airlines dengan kode penerbangan MH17 jatuh di Ukraina Timur, yang dikuasai pemberontak yang didukung Rusia. Pesawat tersebut ditembak oleh rudal BUK buatan Rusia saat dalam penerbangan dari Amsterdam menuju Kuala Lumpur.
Melalui rentetan penyelidikan yang dilakukan, penyelidik internasional menyimpulkan rudal BUK tersebut berasal dari unit militer Rusia yang berbasis di Kursk barat daya, dan sedang menyebrang ke Ukraine saat itu.

Pada Mei 2018, Belanda dan Australia menyalahkan Rusia atas insiden itu yang banyak menelan nyawa penumpang asal Belanda. Sampai saat ini Rusia membantah tuduhan itu dan menolak bertanggung jawab. (fey/ayp)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER