Jakarta, CNN Indonesia -- Kubu Perdana Menteri
Inggris Theresia May kalah dalam pemungutan suara pada Selasa (8/1), setelah parlemen yang menentang Inggris keluar dari
Uni Eropa (British Exit/ Brexit) tanpa kesepakatan memenangkan voting. Kubu pemerintah hanya mendapatkan suara 296, sedangkan yang menentang mendapatkan 303 suara.
Dikutip dari
Reuters, Rabu (9/1), kekalahan tersebut bakal menciptakan hambatan baru bagi May untuk keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan.
Dengan kekalahan itu, pemerintahan May akan memerlukan persetujuan parlemen untuk keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan, sebelum mereka bisa menggunakan kekuatan tertentu yang berkaitan dengan hukum perpajakan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kekalahan juga menyoroti posisi politik May yang dianggap lemah. Sebab beberapa hari sebelum ia dijadwalkan mengadakan pemungutan suara, suara partainya justru terpecah.
Pemerintahan May sebelumnya meremehkan dampak teknis dari kekalahan ini. Tapi, juru bicara pemerintah justru mengatakan lain.
"Hasil ini tidak akan mengubah fakta bahwa Inggris akan meninggalkan Uni Eropa pada 29 Maret. Ini juga tidak akan menghentikan pemerintah dalam memungut pajak," katanya.
Juru bicara tersebut mengatakan pihaknya akan bekerjasama dengan parlemen guna memastikan sistem pajak berfungsi baik, dalam semua skenario Brexit.
(reuters/agt)