Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden
Venezuela,
Nicolas Maduro, menyandera seorang
jurnalis stasiun televisi Univision, Jorge Ramos, dan lima awaknya selama lebih dari dua jam. Hal itu terjadi hanya karena Maduro marah ketika disinggung soal kemiskinan dan dipertanyakan keabsahannya untuk memerintah negara itu dalam sebuah wawancara.
Seperti dilansir
AFP, Selasa (26/2), Ramos tidak membeberkan kapan peristiwa itu terjadi. Dia menyatakan menggelar wawancara dengan Maduro di Istana Kepresidenan Miraflores.
Dalam wawancara itu, Ramos sempat memperlihatkan kepada Maduro soal gambar-gambar anak-anak Venezuela yang sedang mengacak-acak tumpukan sampah untuk mencari makanan. Sesaat itu juga Maduro menghentikan wawancara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya juga bertanya apakah dia (Maduro) seorang presiden atau diktator, karena jutaan warga Venezuela tidak mengakuinya sebagai presiden yang sah," kata Ramos.
Ramos juga mengutarakan tudingan yang disampaikan pemimpin oposisi Juan Guaido, yang menyatakan Maduro bisa menang pemilihan umum karena curang.
"Kami ditahan selama nyaris tiga jam di Istana Kepresidenan," kata Ramos.
Ramos kemudian mengontak kantornya. Stasiun televisi berbahasa Spanyol dan berbasis di Amerika Serikat lantas menerbitkan keterangan.
"(Maduro) Tidak suka dengan pertanyaan ketika wawancara dan kemudian menghentikan rekaman, menyita peralatan, dan menahan enam jurnalis. Seluruh kru Univision Noticias dibebaskan setelah nyaris tiga jam ditahan di Istana Kepresidenan," demikian isi pernyataan Univision.
Ramos dan kelima awaknya saat ini sudah kembali ke hotel. Namun, peralatan mereka masih disita oleh Maduro. Dia hanya berharap Maduro mengembalikan seluruh peralatannya dan mereka bisa kembali ke Miami, Florida pada Kamis mendatang.
[Gambas:Video CNN]Peristiwa itu juga diketahui Guaido. Dia lantas mencuit melalui Twitter mendukung Ramos dan mencibir Maduro.
"Putus asa selalu bertambah setiap hari. Dia (Maduro) sampai tidak bisa menjawab pertanyaan itu," cuit Guaido.
Kementerian Luar Negeri AS juga menyatakan mengetahui perihal 'penyanderaan' Ramos dan awaknya oleh Maduro. Mereka juga meminta seluruhnya dibebaskan.
"Kami mendesak supaya mereka segera dibebaskan, seluruh dunia memperhatikan," cuit Kemenlu AS.
Krisis politik Venezuela sampai saat ini belum juga berakhir. Hal ini dipicu oleh sikap Guaido yang secara aklamasi menyatakan sebagai pemimpin interim Venezuela. Dia melakukan itu dengan alasan Maduro gagal memenuhi janji untuk menggelar pemilihan umum dalam waktu yang sudah ditetapkan.
Krisis ini juga imbas dari kejatuhan ekonomi akibat inflasi yang tak terkendali. Alhasil, nilai mata uang Venezuela ambruk dan memicu tingkat kemiskinan melonjak. Rakyat juga tidak bisa membeli barang-barang kebutuhan pokok yang mengakibatkan kerusuhan.
Akhir pekan lalu sejumlah penduduk di perbatasan bahkan sempat bentrok dengan aparat demi mendapatkan kiriman bantuan dari sejumlah negara yang tertahan.
Saat ini Guaido juga sedang berkunjung ke Kolombia untuk menemui Menlu AS, Mike Pompeo. Keduanya disebut bakal membahas soal cara menumbangkan Maduro. Akan tetapi, militer Venezuela menyatakan tetap setia kepada Maduro.
(ayp/ayp)