Di saat Korut belum sepenuhnya menyerahkan senjata nuklirnya, ajang ini dinilai menjadi momen bagi Kim Jong-un untuk membuktikan kepada dunia jika mereka negara kecil yang cinta damai.
Menurut Teuku, hal ini mampu memperbaiki citra Korut selama ini yang dianggap sebagai "pemberontak" bersenjata nuklir.
Dengan membaiknya citra Korut, menurutnya, sejumlah negara dan pebisnis mungkin akan mulai melirik untuk berinvestasi di negara tertutup itu.
Sebagai contoh, sejumlah negara Afrika yang selama ini menjalin hubungan bisnis dengan Korut terpaksa berhenti lantaran khawatir terkena sanksi AS. Namun, berkat "keterbukaan" Korut saat ini dan pujian dari Trump kepada Kim Jong-un sejak pertemuan perdana mereka, mereka tidak perlu lagi khawatir untuk melanjutkan bisnisnya dengan Korut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagi negara Afrika, Korut tak menimbulkan ancaman keamanan langsung, tapi justru menawarkan persahabatan, senjata murah, dan investasi dalam bidang infrastruktur.
Pasukan Komando Korut bahkan disebut masih melatih tentara-tentara Uganda. Perusahaan Korut seperti Malaysia Korea Partners dan Mansudae juga hingga kini terus beroperasi di Afrika.
"Bagi Korut, diakhirinya provokasi di Semenanjung Korea dan sanksi ekonomi yang sangat memberatkan dan menyengsarakan mampu menggenjot pembangunan nasionalnya yang selama ini terpuruk," kata Teuku.
(rds/ayp)