Jakarta, CNN Indonesia -- Ratusan orang berunjuk rasa menolak Inggris keluar dari uni Eropa (
Brexit). Unjuk rasa digelar di perbatasan Irlandia Utara,
Inggris dan Republik Irlandia.
Mereka khawatir Brexit dapat mengancam perjanjian perdamaian antara Inggris dengan Republik Irlandia. Wilayah Irlandia merupakan bagian dari Inggris.
Mengutip
AFP, Senin (1/4), sejumlah tokoh politik Irlandia Utara seperti Gerry Adams dan Mary Lou McDonald ikut dalam aksi menolak Brexit. Ada sekitar 300 orang yang ikut dalam aksi di jembatan di dekat kota perbatasan Newry, yang menghubungkan ibukota Irlandia Utara Belfast ke Dublin, ibukota Republik Irlandia.
Patricia McGenity, seorang pengunjuk rasa mengatakan Brexit akan berdampak terhadap aktivitas di perbatasan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, bila Brexit terealisasi maka perjalanannya akan bertambah panjang.
Masyarakat di perbatasan Irlandia khawatir meninggalkan Uni Eropa akan mengakibatkan diberlakukannya kembali perbatasan dengan anggota UE, seperti Irlandia.
"Perjalanan saya biasanya satu jam, dan melewati tiga penyeberangan perbatasan setiap jalan, itu berarti saya enam kali (bolak-balik) melintas perbatasan ," kata Patricia.
Masalah perbatasan ini telah menjadi titik penting pembahasan kesepakatan Brexit di parlemen Inggris.
"Mereka tidak menyadari perbatasan akan menyebabkan masalah besar bagi mereka," ujar seorang pengunjuk rasa.
Republik Irlandia, yang menginginkan Irlandia bersatu, terlibat konflik dengan Irlandia Utara, yang menginginkan tetap berada di tangan Inggris. Konflik berakhir pada 1998 dengan penandatanganan Good Friday Agreement.
Skema kesepakatan Brexit belum mencapai titik temu hingga tenggat 12 April 2019. Seharusnya bila kesepakatan antara Perdana Menteri Inggris dengan Parlemen Inggris tercapai Brexit dapat direalisasikan mulai 22 Mei.
Perdana Menteri Inggris Theresa May masih belum menyerah untuk mengajukan skema kesepakatan untuk keluar dari Uni Eropa . Meski sudah tiga kali ditolak oleh parlemen, dia berencana mengajukan proposal keempat.
Terakhir, pada Jumat (29/3) , May kalah dalam pemungutan suara di parlemen saat mengajukan proposal Brexit. Dia bahkan terlihat nyaris putus asa dan khawatir Inggris akan keluar dari keanggotaan Uni Eropa tanpa kesepakatan (no deal).
May kini berharap kabinet dan parlemen bisa menjalankan prosedur pemungutan suara lain di luar kendali kementerian pada pekan depan.
Salah satu keputusan penting yang harus diambil adalah mengenai hubungan antara Inggris dan Uni Eropa di masa depan.
May, sebelumnya, terus menekankan kepentingan Inggris untuk tetap menjalin hubungan ekonomi sedekat mungkin dengan Uni Eropa.
Namun, sejumlah pihak ingin Inggris benar-benar keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan apa pun, satu langkah yang memicu kekhawatiran para pebisnis. Uni Eropa kini mempersiapkan diri untuk menghadapi situasi Brexit tanpa kesepakatan (no deal) pada 12 April mendatang.
[Gambas:Video CNN]