Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Luar Negeri RI mencari tahu kondisi dua warga negara Indonesia (
WNI) yang masih menjadi sandera
Abu Sayyaf di selatan
Filipina, setelah kelompok militan itu terlibat baku tembak dengan militer pada Kamis (4/4) malam.
"Baru saya sudah kontak dengan tim kita yang ada di (KJRI) Davao dan mereka sedang melakukan komunikasi dengan pihak keamanan setempat," kata juru bicara Kemlu RI, Arrmanatha Nasir, dalam jumpa pers rutin di kantornya, Jumat (5/4).
Baku tembak itu dikabarkan melukai satu orang sandera Abu Sayyaf asal Malaysia bernama Jari Abdullah. Pria 34 tahun itu dikabarkan tertembak di kepala dan dadanya oleh militer Filipina saat bentrokan terjadi di Sulu.
Kedua WNI bernama Heri Ardiansyah (19) dan Hariadin (45) asal Wakatobi, Sulawesi Tenggara itu diculik Abu Sayyaf bersama Jari saat melaut di Sandakan, Sabah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kelompok Abu Sayyaf menangkap ketiganya ketika sedang berlabuh di Sandakan, yang berdekatan dengan kawasan Kepulauan Tawi-Tawi, Filipina.
Abu Sayyaf sempat menyebarkan video amatir berisi ancaman. Dalam video itu, mata Heri dan Hariadin ditutup kain, sementara mulutnya dibekap lakban.
Arrmanatha mengatakan hingga kini pihaknya belum mengetahui kondisi kedua WNI tersebut dan akan terus memantau situasi di Sulu.
"Intinya bahwa kebiasaan dari kasus-kasus sebelumnya sandera yang ditahan itu dipindah-pindah (oleh Abu Sayyaf). Jadi sampai saat ini kami belum tahu apakah ada WNI di sana pada saat (baku tembak) terjadi," ucap Arrmanatha.
Berdasarkan data Kemlu, secara keseluruhan, sebanyak 36 WNI disandera di Filipina Selatan sejak 2016, 34 di antaranya sudah bebas, sementara 2 lainnya masih dalam upaya pembebasan.
(rds/has)