Jakarta, CNN Indonesia -- Bentrokan antara militan di
Jalur Gaza,
Palestina dan militer
Israel pada awal Ramadan tahun ini membuat khawatir karena bisa menjurus kepada perang besar seperti lima tahun silam. Indonesia sebagai pendukung perdamaian di antara kedua belah pihak mengecam dan mendesak supaya tindakan saling serang segera diakhiri.
"Indonesia mengecam keras aksi kekerasan terhadap warga Palestina di Jalur Gaza," demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri melalui akun Twitter, seperti dikutip
CNNINdonesia.com, Senin (6/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kekerasan-kekerasan seperti ini terjadi akibat berlanjutnya pendudukan ilegal Israel di wilayah Palestina yang telah memakan korban jiwa dan kesengsaraan bagi penduduk sipil Palestina," demikian pernyataan Kemlu RI.
Senada dengan RI, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres, turut mengecam konflik yang kembali memanas di Jalur Gaza. Dia meminta semua pihak berhenti menyerang dan mengambil langkah meredakan ketegangan serta menahan diri.
Ismail Haniyah, pemimpin partai politik dan milisi yang menguasai Jalur Gaza, Hamas, menyatakan tidak berminat memulai peperangan baru dengan Israel. Dia menyatakan akan meminta anak buahnya menghentikan serangan dan meredakan ketegangan hanya jika Israel menghentikan serangan.
Konflik kali ini dilaporkan sudah reda dengan bantuan mediasi dari Mesir dan PBB. Hamas dan Israel sudah tiga kali terlibat perang sejak mereka menguasai Jalur Gaza pada 2007 lalu.
Akibat bentrokan ini, Israel sempat menutup perbatasan dan melarang pengiriman bantuan ke Jalur Gaza. Yakni bahan bakar dari Qatar untuk pembangkit listrik tenaga diesel.
Jika pasokan bahan bakar langka, maka dikhawatirkan bakal memicu krisis listrik di Jalur Gaza.
[Gambas:Video CNN]Dalam bentrokan sejak pekan lalu, dilaporkan jumlah korban meninggal dari kedua belah pihak mencapai 23 orang.
(ayp)