Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah
Iran menganggap langkah
Amerika Serikat keliru dengan memutuskan mengirim armada kapal induk dan pesawat pembom ke
Timur Tengah. Mereka menyatakan alasan yang digunakan dengan menyatakan Iran seolah-olah mengancam keberadaan pasukan AS dan sekutunya di kawasan itu tidak tepat.
"Pernyataan Bolton sangat ceroboh karena menggunakan kejadian di masa lampau sebagai alasan melakukan perang mental," kata Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional Iran, Keyvan Khosravi dikutip kantor berita
Tasnim, seperti dilansir
AFP, Selasa (7/5).
Pernyataan Khosravi merujuk pada klaim Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat, John Bolton. Dia menyatakan hal itu dilakukan untuk menekan Iran supaya tidak macam-macam dengan pasukan dan sekutu AS di Timur Tengah, jika tidak ingin diserbu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Khosravi menyatakan mereka sudah mengawasi keberadaan armada tempur dengan kapal induk USS Abraham Lincoln. Dia mengatakan gugus tugas itu sudah bercokol di Laut Mediterania sejak 21 hari lalu.
AS juga pernah mengirim USS Abraham Lincoln ke kawasan Teluk, saat menyerbu Irak pada 2003 silam.
"(Bolton) kurang memahami soal militer dan keamanan, dan pernyataannya hanya dimaksudkan untuk menarik perhatian kepada dirinya sendiri," ujar Khosravi.
Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, turut mendukung klaim Bolton soal potensi ancaman terhadap pasukan dan sekutu AS di Timur Tengah. Namun, dia tidak merinci bentuk ancaman itu dan alasan mengapa baru saat ini mereka mengirim armada tempur itu.
Hal ini menambah panjang daftar perselisihan AS dan Iran.
Presiden AS, Donald Trump, tahun lalu memutuskan membatalkan sepihak kesepakatan nuklir dengan Iran. Dia berdalih Iran tetap mengembangkan program persenjataan peluru kendali mereka.
Trump juga memasukkan Korps Garda Revolusi Iran ke dalam daftar kelompok teroris. Beberapa waktu lalu Trump juga menerapkan sanksi kepada negara-negara yang masih membeli minyak dari Iran.
Iran menyatakan tidak bersedia tunduk atas permintaan AS untuk menghentikan program pengembangan peluru kendali. Akan tetapi, diperkirakan perekonomian mereka akan kembali terpukul dengan penerapan sanksi pembelian minyak.
Di sisi lain, Ketua Parlemen Iran, Ali Larijani, menyatakan mereka akan tetap melanjutkan program pengayaan uranium yang ditentang AS. Menurut dia, ada celah dalam kesepakatan nuklir dengan AS yang bisa dimanfaatkan.
"Di dalam perjanjian nuklir, Iran bisa mengembangkan air berat (heavy water) dan ini bukan pelanggaran terhadap perjanjian itu. Maka dari itu kami akan melanjutkan kegiatan pengayaan uranium," kata Ali seperti dikutip kantor berita semi resmi Iran, ISNA.
(ayp)