Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Rusia
Vladimir Putin mengecam langkah pemerintah Amerika Serikat yang memblokir
Huawei, perusahaan teknologi raksasa asal China.
Menurutnya, keputusan AS tidak hanya menekan bisnis Huawei, namun memperkeruh hubungan dagang kedua negara.
Kecaman ini disampaikan Putin usai Rusia dan China menandatangani kesepakatan pengembangan jaringan nirkabel 5G pertama antar kedua negara. Penandatanganan dilakukan di sela kunjungan Presiden China Xi Jinping ke Moskow, Rusia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di beberapa kalangan ini bahkan disebut sebagai perang teknologi pertama ketika era digital tengah dimulai," ucap Putin, dilansir dari
AFP, Jumat (7/6).
Sementara kerja sama pengembangan jaringan 5G antar kedua negara dilakukan secara bisnis melalui Huawei dan MTS, operator telekomunikasi terbesar di Rusia.
Kerja sama antar kedua negara sekaligus memberi sinyal bahwa Rusia tidak terpengaruh dengan rekomendasi AS kepada negara-negara di dunia untuk tidak menggunakan akses teknologi Huawei.
Rekomendasi tersebut sempat disampaikan ketika Presiden AS Donald Trump mengeluarkan larangan terhadap Huawei untuk membeli teknologi vital dari AS tanpa persetujuan khusus. Selain itu, AS juga melarang perangkat China itu ada dalam jaringan telekomunikasi AS.
Keputusan ini diberlakukan dengan alasan keamanan nasional. Di sisi lain, keputusan AS dikhawatirkan bakal mengganggu bisnis Huawei ke depan. Sebab, perusahaan tetap membutuhkan akses teknologi dari AS.
Kebijakan AS ini kemudian membuat prospek bisnis Huawei suram. Bahkan, beberapa perusahaan di dunia sudah mulai menjauhi Huawei. Salah satunya adalah Google, yang memiliki sistem Android dan teraplikasi di sebagian besar ponsel pintar di dunia.
Presiden sekaligus CEO MTS Alexei mengatakan kerja sama dengan Huawei akan mencakup pengembangan teknologi 5G dan peluncuran jaringan percontohan 5G di Rusia pada 2019-2020.
"Kesepakatan ini tidak hanya berkontribusi pada komersial jaringan 5G di Rusia dalam waktu dekat, tetapi juga berkontribusi pada ikatan ekonomi antara Rusia dan China," katanya.
Di sisi lain, pemerintah China tengah menyusun daftar hitam (blacklist) bagi perusahaan-perusahaan AS yang berbisnis tidak sesuai aturan dan memblokir akses perusahaan asal China. Namun, daftar tersebut belum juga diluncurkan oleh pemerintah Negeri Tirai Bambu.
(uli/ugo)