Polemik Stok Uranium, Trump Sebut Iran Main Api

CNN Indonesia
Selasa, 02 Jul 2019 13:00 WIB
Amerika Serikat menyatakan akan terus menekan Iran jika melanggar perjanjian pembatasan nuklir (JCPOA) 2015.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump. (REUTERS/Yuri Gripas)
Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, memberi peringatan pada Senin (1/7) kemarin kepada Iran yang disebut produksi pengayaan uranium mereka sudah melewati batas yang ditetapkan dalam perjanjian nuklir pada 2015. Menurut Trump saat ini Iran sedang "bermain dengan api."

Trump menyatakan hal itu saat membahas persoalan nuklir Iran dengan Presiden Perancis, Emmanuel Macron.

Pernyataan Trump disampaikan setelah Teheran melampaui batas terkait pengayaan cadangan uranium seperti yang disepakati dalam Perjanjian Nuklir 2015 (JCPOA) yang ditinggalkan oleh Washington.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Iran mengancam akan melakukan pengayaan uranium melewati batas pemurnian maksimum 3.67 persen seperti dalam kesepakatan mulai pada 7 Juli mendatang, seperti dilansir AFP, Selasa (2/7).
Sementara itu, pada Jumat (28/6) pekan lalu dilaporkan instrumen perdagangan baru antara Eropa dan Iran (INSTEX) yang dibentuk untuk membantu Iran mengatasi sanksi mulai berjalan dan sedang dalam tahap transaksi pertamanya. Kabar tersebut disampaikan Uni Eropa setelah menggelar pertemuan guna mempertahankan perjanjian nuklir tersebut.

Menteri Luar Negeri Iran, Mohamad Javad Zarif menanggapi upaya UE tersebut dan mengatakan, "Upaya negara-negara Eropa tidaklah cukup, oleh karena itu Iran akan maju dengan langkah-langkahnya yang akan diumumkan."

"INSTEX yang hanyalah awal dari komitmen mereka, belum sepenuhnya diterapkan," ujar Zarif.

Sejumlah pimpinan negara yang tergabung dalam pembentukan Perjanjian Nuklir 2015 itu juga turut memberikan tanggapan atas tindakan Iran. Salah satunya adalah Rusia yang merupakan negara sekutu terdekat Iran.

"Langkah Iran menjadi penyebab dari penyesalan tetapi juga merupakan konsekuensi alami dari peristiwa baru-baru ini dan merupakan hasil dari tekanan dari AS yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Ryabkov.
"Satu pihak seharusnya tidak mendramatisasi situasi," ujar Raybkov.

Menteri Luar Negeri Inggris, Jeremy Hunt, juga ikut menyatakan kekhawatirannya atas sikap Iran melalui akun Twitternya.

"London sangat khawatir dan mendesak Iran untuk kembali mematuhi perjanjian nuklir itu," cuit Hunt.

Perjanjian Nuklir 2015 dibentuk antara Iran dengan lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB, yakni China, Perancis, Rusia, Inggris, dan AS serta Uni Eropa dan Jerman.

Sesuai dengan JCPOA, Iran telah berkomitmen untuk membatasi program nuklirnya. Mereka juga berjanji tidak akan memiliki bom atom, serta akan tunduk pada inspeksi Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA). Timbal baliknya adalah Iran terbebas dari sanksi ekonomi internasional yang sempat melumpuhkan perekonomian mereka.

[Gambas:Video CNN]

Meski demikian, belakangan ini tensi antara AS dan Iran semakin tinggi. Hal itu dimulai setelah AS memasukkan Korps Garda Revolusi Iran ke dalam daftar kelompok teroris.

Kemudian AS juga mengirim pasukan ke wilayah Teluk serta sejumlah insiden lain yang menambah ketegangan keduanya. Yaitu penembakan pesawat nirawak AS oleh Iran karena diduga telah menerobos wilayah udara mereka. (ajw/ayp)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER