Jakarta, CNN Indonesia -- Angkatan Bersenjata
Amerika Serikat berencana mengerahkan kapal perang untuk mengawal kapal-kapal
tanker yang melintas di perairan Teluk. Mereka menyatakan hal itu sehari setelah menuduh Iran hendak menyandera kapal tanker Inggris, British Heritage, saat melewati
Selat Hormuz.
"Kami berencana membentuk pasukan koalisi untuk memberikan pengawalan militer terhadap kapal-kapal niaga. Kemungkinan akan ada perkembangan terkait rencana ini dalam beberapa pekan ke depan," kata Pelaksana Tugas Kepala Staf Gabungan Militer AS, Jenderal Mark Milley, seperti dilansir
AFP, Jumat (12/7).
Jika hal itu terjadi, maka akan mengulangi peristiwa pada 1987 sampai 1988 silam. Yakni saat AL AS ikut mengawal kapal tanker Kuwait dari serangan Iran ketika pecah perang antara Irak-Iran.
Pemerintah Inggris menyatakan tiga kapal perang Iran sempat mencoba menghalangi laju kapal supertanker British Heritage milik perusahaan minyak British Petroleum (BP) saat melintasi Selat Hormuz. Namun, mereka perlahan mundur setelah kapal perang Inggris memberi peringatan akan melepaskan tembakan jika kapal perang Iran tidak menyingkir.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"HMS Montrose terpaksa berada di antara kapal Iran dan British Heritage dan memberi peringatan kepada Iran, dan kemudian mereka menjauh," demikian pernyataan pemerintah Inggris.
Insiden ini terjadi sehari setelah Presiden Iran, Hassan Rouhani, mengatakan Inggris akan menghadapi pembalasan atas penyitaan kapal tanker Iran, Grace 1, di perairan Gibraltar pada 4 Juli lalu.
Korps pasukan elit Iran, Garda Revolusi, menyangkal tuduhan Amerika Serikat bahwa mereka hendak menangkap kapal tanker milik Inggris yang melintas di perairan teluk. Angkatan Laut Iran menyatakan yang terjadi adalah kapal perang mereka hanya melakukan patroli rutin.
Penyitaan itu dilakukan lantaran kapal tanker Iran diduga hendak mengirim minyak ke Suriah, sebuah tindakan yang melanggar sanksi internasional.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Abbas Mousavi, kembali meminta Inggris segera melepaskan kapal tanker Grace-1. Dia juga meminta pasukan asing segera angkat kaki dari kawasan perairan Teluk.
"Ini adalah permainan berbahaya dan punya akibat. Alasan penangkapan itu tidak kuat. Banyak negara mendesak supaya kapal itu dilepaskan. Pasukan asing harus pergi dari kawasan ini karena kami dan negara tetangga sanggup menjaga keamanan kawasan ini," kata Mousavi.
Ketegangan Iran-Amerika Serikat terus memanas sejak Gedung Putih menarik diri dari perjanjian nuklir 2015 pada 2018 lalu.
Sejak itu, AS kembali menjatuhkan serangkaian sanksi terhadap Iran sebagai tekanan agar negara di Timur Tengah itu mau menghentikan tindakan yang dianggap Washington mengancam stabilitas keamanan kawasan.
Baru-baru ini, Iran merespons sanksi AS tersebut dengan kembali melakukan pengayaan uranium dan program nuklirnya.
Pada Mei dan Juni lalu, sejumlah kapal tanker minyak milik Arab Saudi juga disabotase di perairan Oman dan lepas pantai Uni Emirat Arab. AS dan Saudi menuding Iran bertanggung jawab atas sabotase itu, tetapi dibantah Iran.
[Gambas:Video CNN]Bulan lalu, Iran juga menembak jatuh drone AS di dekat Selat Hormuz.
(ayp/ayp)