Jakarta, CNN Indonesia -- Aparat
Israel bersiap menggusur sejumlah rumah warga
Palestina yang dianggap dibangun secara tidak sah di pinggiran selatan
Yerusalem, Senin (22/7). Puluhan aparat kepolisian dan personel militer Israel mulai menyegel setidaknya empat bangunan bertingkat di daerah Sur Baher pada pagi waktu setempat.
Wartawan dan aktivis juga dilarang mendekati lokasi tersebut. Beberapa pegiat hak asasi manusia hingga warga setempat yang memprotes penggusuran bahkan diseret menjauh dari lokasi.
Wartawan
AFP yang meliput melihat seorang pria berteriak "aku ingin mati di sini" setelah diseret otoritas Israel keluar rumahnya.
Sejumlah bangunan itu terletak dekat dengan tembok pemisah Israel. Otoritas negara Zionis menganggap rumah-rumah itu dibangun terlalu dekat dengan tembok perbatasan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Palestina menuduh Israel menggunakan alasan keamanan untuk menggusur warganya dari daerah itu, demi memperluas pemukiman ilegal Yahudi di Yerusalem.
Para warga setempat juga menunjukkan bahwa rumah-rumah mereka itu dibangun di wilayah yang seharusnya berada di bawah kendali otoritas Palestina berdasarkan perjanjian antara Israel-Palestina.
Salah satu warga setempat, Ismail Abadiyeh, merasa pasrah bahwa mereka akan kehilangan tempat tinggal.
"Kami akan berada di jalanan," katanya kepada
AFP.
Sebelum penggusuran berlangsung, otoritas Israel disebut telah memberi tenggat waktu 30 hari kepada para warga setempat untuk meninggalkan rumah mereka.
Beberapa rumah yang digusur pun masih dalam tahap pembangunan. Menurut Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk urusan kemanusiaan (OCHA), penggusuran ini mempengaruhi 10 bangunan yang sudah dan sedang dibangun, termasuk 70 rumah susun.
PBB memaparkan penggusuran ini akan mempengaruhi 350 warga Palestina termasuk 17 warga yang terlantar.
Warga setempat khawatir bahwa 100 bangunan lain di daerah itu cepat atau lambat juga terancam digusur.
[Gambas:Video CNN]Penggusuran yang dilakukan Israel ini mendapat banyak kritikan hingga kecaman dari komunitas internasional. Sejumlah diplomat Uni Eropa bahkan baru-baru ini mengunjungi wilayah itu.
PBB juga telah meminta Israel untuk membatalkan penggusuran tersebut.
(rds/ayp)