Jakarta, CNN Indonesia --
Boris Johnson resmi terpilih sebagai perdana menteri baru
Inggris sekaligus pemimpin Partai Konservatif menggantikan Theresa May setelah memenangkan pemungutan suara partai, Selasa (23/7).
Johnson merupakan salah satu politikus paling tersohor Inggris. Namun, di balik namanya yang tenar, pria kelahiran New York, Amerika Serikat, itu banyak memiliki kontroversi.
Berikut beberapa kejadian paling kontroversial sang mantan menteri luar negeri ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dipecat karena BerbohongSetelah lulus dari Universitas Oxford, Johnson sempat bekerja sebagai wartawan pemula di surat kabar The Times pada 1987.
Baru setahun bekerja, Johnson dipecat lantaran memalsukan kutipan dalam artikel terkait Raja Edward II dan kekasihnya yang diduga pria.
SelingkuhIsu keretakan rumah tangga Johnson membuat dia dipecat untuk kedua kalinya karena alasan berbohong. Pada 2004 lalu, Johnson diberhentikan sebagai Menteri Kesenian bayangan dan Wakil Ketua Partai Konservatif karena kedapatan berbohong tentang perselingkuhannya.
Saat itu Johnson masih menikahi istri keduanya yang telah memiliki empat orang anak. Mantan Wali Kota London itu membantah tuduhan sebuah tabloid yang menyebut dirinya telah berselingkuh dengan wanita lain selama empat tahun.
Ia juga dituduh memberikan sejumlah uang kepada perempuan simpanannya itu untuk aborsi. Menteri Kesenian saat itu, Michael Howard, memecatnya dengan alasan "moralitas pribadi".
Proyek GagalKegagalan proyek pembangunan jembatan taman di atas Sungai Thames dianggap sebagai kesalahan terburuk Johnson selama menjabat sebagai Wali Kota London pada 2008-2016.
Proyek senilai 53,5 poundsterling atau Rp930 miliar itu dibuat untuk menambah tempat penyeberangan baru di pusat London. Selain karena biaya pembangunan yang membengkak, warga setempat juga menolak proyek jembatan taman itu hingga akhirnya dibatalkan pada 2017.
Pengganti Johnson, Sadiq Khan membatalkan proyek tersebut dengan alasan hasil penilaian lembaga independen.
Tak terima, Johnson mengklaim "tidak ada satu sen pun uang pajak warga" yang terbuang sia-sia selama pembangunan awal proyek itu dan selama dirinya menjabat sebagai wali kota.
Johnson menyalahkan Khan atas kegagalan proyek itu.
Selain proyek itu, Johnson juga disebut menghambur-hamburkan uang pemerintah kota dengan membeli tiga alat meriam air atau water cannon senilai 300 ribu poundsterling. Pemerintah kemudian melarang penggunaan alat itu karena dinilai berlebihan.
Dusta soal Iuran BrexitJohnson merupakan salah satu politikus yang dikenal sangat mendukung Inggris untuk keluar dari Uni Eropa atau Brexit pada 2016 lalu.
Pernyataan Johnson soal Brexit sempat memicu kontroversi karena disebut menyesatkan. Saat itu, Johnson mengklaim jika Inggris keluar dari Uni Eropa, negaranya itu tidak perlu membayar 350 juta poundsterling setiap pekan ke blok tersebut.
Klaim Johnson itu memicu kontroversi karena dianggap menyesatkan sebab jumlah tersebut mewakili kontribusi kotor Inggris ke Uni Eropa, bukan jumlah iuran per pekan kepada blok itu.
Jumlah iuran Inggris kepada Uni Eropa disebut jauh lebih kecil dari nilai tersebut.
Meski begitu, Johnson berkeras bahwa ratusan juta poundsterling itu "mewakili jumlah total uang" yang dikeluarkan Inggris dan dihabiskan oleh Uni Eropa.
Salah Ucap Berujung Warga Inggris DibuiSelama dua tahun menjabat sebagai menteri luar negeri, Johnson juga tak luput dari kesalahan dan kontroversi.
Kesalahannya kali ini bahkan menyebabkan warga Inggris dipenjara di Iran atas tuduhan spionase.
Kasus bermula ketika Nazanin Zaghari-Ratcliffe,warga keturunan Inggris-Iran ditahan di Iran pada 2016. Zaghari-Ratcliffe merupakan seorang staf Yayasan Thomson Reuters.
 Boris Johnson (kanan) saat berkunjung ke Indonesia dan bertemu dengan Joko Widodo yang ketika itu masih menjadi Gubernur DKI Jakarta pada 30 November 2014. (Safir Makki) |
Saat itu, Zaghari-Ratcliffe berkunjung ke Teheran untuk menemui sang anak yang masih bayi. Ia kemudian ditangkap ketika hendak mengunjungi keluarganya di luar kota.
Zaghari-Ratcliffe divonis lima tahun penjara dengan tuduhan menghasut.
Dalam salah satu sidang dengar pendapat pada 2017, Johnson mengatakan Zaghari-Ratcliffe tengah menjalani pelatihan wartawan di Iran. Tak lama, Johnson menarik pernyataannya itu dengan menyebut ia telah "salah ucap".
Namun, pengadilan Iran menganggap pernyataan Johnson itu sebagai bukti bahwa Zaghari-Ratcliffe ke Iran tidak sedang berlibur. Insiden "keceplosan" ini membuat Johnson harus menelepon Menlu Iran saat itu untuk memberikan klarifikasi.
 Keputusan apakah Brexit bakal terjadi dengan atau tanpa kesepakatan ( deal or no deal) ada di tangan Boris Johnson. (REUTERS/Simon Dawson) |
Meski telah meminta maaf di depan parlemen, Johnson menolak mundur atas kesalahannya yang disebut telah membahayakan warga Inggris di luar negeri.
(rds/ayp)