Jakarta, CNN Indonesia -- Pengadilan
Hong Kong menerbitkan perintah melarang masyarakat setempat melakukan
demonstrasi di
bandara dan sekitarnya. Perintah itu diterbitkan dua hari setelah demonstran melumpuhkan bandara dan membuat jadwal penerbangan kacau balau.
Menurut pernyataan pengelola bandara, mereka mendapat landasan hukum dari pengadilan Hong Kong untuk menghentikan aksi aksi demo yang bisa mengganggu aktivitas penerbangan.
"Atas perintah pengadilan maka bandara dilarang dijadikan tempat untuk menggelar demonstrasi, protes atau kegiatan masyarakat apapun yang bertentangan dengan Aturan Ketertiban Masyarakat. Pengelola Bandara akan mencoba mendapatkan salinan keputusan itu dan akan menyiarkannya," demikian pernyataan otoritas Bandara Hong Kong, seperti dilansir
South China Morning Post, Rabu (14/8).
Saat ini kegiatan di Bandara Hong Kong berangsur-angsur pulih. Namun, jadwal sejumlah rute penerbangan diperkirakan akan terlambat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para demonstran kemarin menghalangi para penumpang yang hendak berangkat dan datang. Mereka menutup pintu masuk dengan barikade pagar besi serta kereta dorong dan pagar betis.
Kepolisian Hong Kong menerjunkan aparat ke bandara untuk membubarkan massa. Alasan mereka adalah mendapat laporan massa demonstran menangkap dan menganiaya sejumlah orang yang dianggap sebagai mata-mata China.
Anggota pasukan anti huru-hara mulanya sempat terlibat aksi saling dorong dengan massa. Mereka lantas menyemprotkan semprotan merica hingga membuat demonstran kocar-kacir menyelamatkan diri.
Sebanyak enam orang ditahan dalam kejadian semalam, dan membuat jumlah pedemo yang dibekuk polisi sampai saat ini mencapai 600 orang.
Perawat Ikut DemoSebanyak 100 perawat kemarin berkumpul di Rumah Sakit Ratu Elizabeth dan sejumlah rumah sakit lain di Hong Kong. Mereka melakukan aksi diam memprotes cara polisi dalam menangani aksi unjuk rasa.
Para perawat lelaki dan perempuan itu mengenakan masker dan menutup mata sebelah kanan mereka. Hal itu sebagai simbol solidaritas terhadap seorang pengunjuk rasa perempuan yang kehilangan salah satu bola matanya akibat terkena pelor plastik yang dilepaskan aparat dalam bentrokan pada Minggu pekan lalu.
"Kami para perawat hadir di sini untuk memperjuangkan kebebasan kami dan yang lainnya," kata salah satu perawat, Alfred Luk (24), Seperti dilansir
Channel NewsAsia.
[Gambas:Video CNN]Luk juga memprotes langkah polisi yang menggerebek rumah sakit untuk mencari pengunjuk rasa yang sedang diobati untuk kemudian ditahan. Menurut dia hal itu sangat merusak profesionalisme pekerja medis dan rumah sakit.
"Saya pikir polisi sudah terlalu banyak melakukan kekerasan. Banyak warga sipil terluka dan saya sebagai perawat tidak ingin melihat rakyat terluka," kata perawat lainnya, Harry Yeung (23).
(ayp/ayp)