Tuding Iran Serang Saudi, Trump Tetap Mau Bertemu Rouhani

CNN Indonesia
Senin, 16 Sep 2019 13:14 WIB
Presiden Donald Trump membuka kemungkinan bertemu Presiden Hassan Rouhani meski AS menuding Iran menyerang kilang minyak milik perusahaan pemerintah Arab Saudi.
Presiden Donald Trump membuka kemungkinan bertemu Presiden Hassan Rouhani meski AS menuding Iran menyerang kilang minyak milik perusahaan pemerintah Arab Saudi. (Reuters/Jim Young)
Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Donald Trump menyatakan tetap membuka kemungkinan bertemu dengan Presiden Hassan Rouhani meski Amerika Serikat menuding Iran menyerang fasilitas perusahaan minyak milik pemerintah Arab Saudi, Saudi Aramco.

Penasihat Gedung Putih, Kellyanne Conway, mengatakan bahwa Trump tetap mempertimbangkan bertemu dengan Rouhani di sela sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York akhir bulan ini jika kondisinya tepat.

"[Trump] akan mempertimbangkannya. [Namun], semua situasinya harus tepat sehingga presiden dapat membuat kesepakatan atau setidaknya bertemu," ujar Conway kepada Fox News seperti dikutip AFP, Minggu (15/9).
Conway menyatakan sikap ini ketika Saudi tengah berupaya memulai kembali operasi di kilang minyak terbesar di dunia milik Saudi Aramco di Khurais usai diterjang serangan drone.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak lama setelah insiden itu, kelompok pemberontak Yaman yang didukung Iran, Houthi, langsung mengklaim bertanggung jawab atas serangan pesawat nirawak tersebut.

Namun, Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, mengatakan bahwa tak ada bukti "serangan terhadap pemasok energi dunia itu" diluncurkan dari Yaman.

Relasi Iran dan AS sendiri memanas sejak Juli lalu, ketika Rouhani mengumumkan bahwa mereka melakukan pengayaan uranium melebihi batas yang ditentukan dalam perjanjian nuklir Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA).
Perjanjian yang digagas di era Barack Obama itu menetapkan Iran harus membatasi pengayaan uranium hingga 3,67 persen, jauh dari keperluan mengembangkan senjata nuklir yaitu 90 persen.

Sebagai timbal balik, negara Barat akan mencabut serangkaian sanksi terhadap Teheran.

Namun, di bawah komando Presiden Donald Trump, AS menarik diri secara sepihak dari perjanjian nuklir itu pada Mei 2018 lalu dan kembali menerapkan sanksi atas Iran.

[Gambas:Video CNN]
Iran bertekad bakal terus melakukan pengayaan uranium jika negara-negara lain yang menandatangani perjanjian itu tak berbuat apa pun untuk melawan AS.

Sejak saat itu, tensi antara Iran dan AS terus meningkat dengan isu pengerahan militer hingga uji coba rudal Teheran.

Namun, sejumlah pengamat mulai melihat harapan perbaikan hubungan Iran dan AS setelah Trump memecat penasihat keamanan nasional yang kerap menerapkan pendekatan sangat keras, John Bolton. (has)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER