Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah
Iran menyatakan pertemuan antara Presiden Hassan Rouhani dan Presiden
Amerika Serikat, Donald Trump, di sela-sela Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada akhir bulan ini tidak bakal terjadi. Mereka kembali menyatakan hal itu baru bisa dilakukan jika AS kembali mematuhi perjanjian nuklir yang diteken pada empat tahun lalu dan mencabut serangkaian sanksi terhadap mereka.
"Kami tidak pernah merencanakan pertemuan itu, dan saya pikir hal itu tidak akan terjadi di New York," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Abbas Mousavi, seperti dikutip kantor berita
ISNA, dan dilansir
AFP, Senin (16/9).
Sidang Umum ke-74 Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York, Amerika Serikat, pada 17 sampai 30 September mendatang. Sesi debat terbuka akan digelar pada 24 September.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Trump sudah beberapa kali menyatakan dia siap bertemu dengan Rouhani di ajang itu. Namun, Rouhani tetap menolak dan meminta syarat jika dialog itu ingin terlaksana maka AS harus mencabut sanksi dan kembali dalam perjanjian nuklir.
Perselisihan antara AS dan Iran memanas sejak tahun lalu, ketika Trump memutuskan hengkang dari perjanjian nuklir bersama (
Joint Comprehensive Plan of Action/JCPOA). Perjanjian itu menyatakan Iran harus melakukan sejumlah kewajiban untuk membatasi kemampuan mereka dalam memperkaya uranium, yang merupakan bahan senjata nuklir.
Perjanjian yang digagas di era Barack Obama itu menetapkan Iran harus membatasi pengayaan uranium hingga 3,67 persen, jauh dari keperluan mengembangkan senjata nuklir yaitu 90 persen.
Sebagai timbal balik, negara Barat akan mencabut serangkaian sanksi terhadap Teheran.
Saat Trump memimpin, AS memutuskan menarik diri secara sepihak dari perjanjian nuklir itu pada Mei 2018 lalu dan kembali menerapkan sanksi atas Iran.
Iran menyatakan sudah menjalankan segala persyaratan yang diminta, dan menuduh AS memfitnah dengan berbagai alasan supaya bisa kembali menjatuhkan sanksi terhadap mereka.
Sedangkan AS beralasan keluar dari kesepakatan itu karena Iran terlibat dalam sejumlah konflik di dunia, yakni Perang Suriah dan Perang Yaman, serta melanjutkan program peluru kendali.
[Gambas:Video CNN]Sejumlah negara-negara Eropa mendesak Iran supaya tetap mematuhi perjanjian itu dan memberikan jaminan likuiditas sebesar Rp212,8 triliun. Di sisi lain, Iran mengancam akan keluar dan melanjutkan pengayaan uranium jika Eropa gagal membujuk AS mematuhi kesepakatan dan mencabut sanksi.
(ayp/ayp)