Jakarta, CNN Indonesia -- Perdana Menteri
Israel,
Benjamin Netanyahu, mengajak pesaing utamanya,
Benny Gantz, untuk membentuk pemerintahan bersama. Penyebabnya adalah kedua belah pihak sama-sama tidak bisa meraih suara mayoritas di parlemen (Knesset) usai
pemilihan umum untuk membentuk pemerintahan.
Melalui pesan video, Netanyahu mengatakan dia lebih suka untuk membentuk koalisi pemerintah sayap kanan. Namun, hasil pemungutan suara pada 17 September lalu membuat hal itu tidak mungkin.
"Selama pemilu berlangsung, saya menyerukan pembentukan pemerintahan sayap kanan. Tetapi, sayangnya hasil pemilu menunjukkan bahwa itu tidak mungkin," kata Netanyahu pada Kamis (19/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Benny, kita harus membentuk pemerintahan gabungan hari ini. Bangsa Israel berharap pada kita, untuk melaksanakan tanggung jawab melalui kerja sama di antara kita," paparnya menambahkan seperti dikutip Reuters.
Pengakuan Netanyahu itu merupakan terobosan besar dalam politik Israel. Sebab, selama kampanye, Netanyahu memperingatkan warga Israel jika dia kalah pemilu, negara Zionis itu berisiko dipimpin oleh pemerintah berbahaya yang bergantung pada partai-partai Arab.
Berdasarkan penghitungan lebih dari 95 persen suara yang sudah masuk pada Kamis pagi, Netanyahu dan partainya, Likud, hanya meraup 32 kursi dari total 120 kursi parlemen.
Sementara itu, Gantz, eks panglima militer Israel dari Partai Putih dan Biru, mendapat 33 kursi.
Hingga kini, Gantz belum merespons pernyataan Netanyahu tersebut. Belum jelas juga apakah Gantz akan menerima tawaran untuk membentuk pemerintahan bersama, karena Netanyahu tetap ingin menjabat sebagai perdana menteri.
Dilansir Reuters, Gantz sebelumnya menuturkan dia berharap "pembentukan penyatuan pemerintah yang baik dan diinginkan warga." Namun, dia mementahkan bahwa koalisinya mau bersatu dengan Partai Likud dengan menyinggung skandal korupsi yang tengah menjerat Netanyahu.
[Gambas:Video CNN]Netanyahu bahkan terancam didakwa atas serangkaian kasus korupsi dalam waktu dekat meski dirinya berkeras tidak bersalah.
(rds/ayp)