Jakarta, CNN Indonesia -- Pihak berwenang
Indonesia menyebut kesalahan desain pesawat menjadi salah satu penyebab jatuhnya
Lion Air JT610 Boeing 737 MAX 8 di Laut Jawa pada Oktober 2018 lalu. Temuan itu dimuat dalam laporan surat kabar
The Wall Street Journal, Minggu (22/9).
Pengawasan pesawat disebut turut berkontribusi pada kecelakaan yang menewaskan 189 penumpang serta awak, selain kesalahan pilot dan juga masalah pemeliharaan. Dalam laporan tersebut, penyelidik Indonesia mendaftarkan sekitar 100 faktor penyebab kecelakaan.
Dikutip dari
AFP, meski laporan telah diserahkan ke badan penerbangan sipil Amerika Serikat (FAA) dan Dewan Keselamatan Transportasi Nasional AS (NTSB), penyelidik Indonesia masih dapat mengubah hasil temuan itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para pejabat AS dijadwalkan mengunjungi Indonesia pada akhir September untuk membahas laporan tersebut, dan akan dirilis secara resmi pada awal November.
Selain di Indonesia, pesawat jenis teranyar Boeing itu terlibat kecelakaan maut di Ethiopia pada 10 Maret lalu.
[Gambas:Video CNN]Pesawat Boeing 737 MAX 8 milik Ethiopian Airlines jatuh tak lama setelah lepas landas dari Addis Ababa hingga menewaskan 157 penumpang.
Investigasi awal dua kecelakaan itu menemukan kesalahan pada sistem anti-stan MCAS yang dirancang khusus untuk 737 MAX.
NTSB disebut tidak keberatan dengan temuan tersebut. Namun, Boeing dan FAA khawatir laporan itu akan menekankan pada faktor desain dan sertifikasi.
"Boeing terus mendukung penyelidikan dan laporan kecelakaan yang masih diselesaikan," kata juru bicara perusahaan kepada
AFP.
Saat ini NTSB sedang menyiapkan pengumuman yang rencananya akan disampaikan ke publik pada akhir bulan. NTSB juga merekomendasikan peningkatan pelatihan pilot dan kru.
Panel regulator internasional yang dibentuk FAA juga diharapkan dapat menyerahkan laporan kritis terhadap hubungan antara Boeing dan agensi dalam beberapa pekan mendatang.
Sebelumnya, keluarga korban tragedi pesawat Ethiopian Airlines penerbangan 302 menuntut Boeing dan FAA membuka sebuah dokumen khusus. Mereka mempertanyakan alasan Boeing dan FAA tetap menyatakan pesawat 737 MAX 8 layak terbang setelah insiden Lion Air JT610 di dalam dokumen itu.
(dea)