Jakarta, CNN Indonesia -- Milisi
Kurdi dilaporkan meminta bantuan kepada Presiden
Suriah, Bashar al-Assad, untuk menghadapi serbuan pasukan Turki. Hal itu dilakukan setelah sekutu utama mereka,
Amerika Serikat, memutuskan mundur dari perbatasan dan membiarkan front terbuka bagi pasukan
Turki.
Seperti dilansir
Associated Press, Senin (14/10), stasiun televisi Suriah menyatakan pemerintah mengerahkan pasukan ke kawasan utara yang menjadi medan perang antara pasukan Turki dan milisi Kurdi. Mereka menggantikan posisi pasukan AS yang ditarik mundur atas perintah Presiden Donald Trump.
Saat ini pasukan Suriah dilaporkan mendekat ke kota Kobani dan Manbij. Tadinya wilayah itu dikuasai kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), yang kemudian direbut milisi Kurdi dan pasukan AS.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Turki bersama milisi Tentara Pembebasan Suriah (FSA) menggempur wilayah yang dikuasai milisi Kurdi sejak lima hari lalu. Kelompok Kurdi merasa AS mengkhianati mereka setelah saling membantu dan melindungi saat berperang melawan ISIS, dan FSA.
Di sisi lain, Presiden Prancis Emmanuel Macron menggelar rapat darurat pada Minggu malam waktu setempat khusus membahas serangan Turki ke wilayah Kurdi. Dia menyatakan akan menggandeng Jerman untuk mencari jalan keluar supaya konflik itu segera berhenti.
Saat menyampaikan pernyataan bersama Kanselir Jerman, Angela Merkel, Macron menyatakan serangan Turki membuat masalah kemanusiaan baru di Suriah dan berisiko membuka celah untuk kebangkitan ISIS.
[Gambas:Video CNN]Merkel mendesak Turki untuk segera menghentikan serangan itu. Meski demikian, dia bisa memaklumi sikap itu karena Turki memiliki penilaian tersendiri terhadap persoalan keamanan, tetapi tetap harus dicari jalan keluar lain demi perdamaian.
Merkel dilaporkan sudah menelepon Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, pada Minggu malam waktu setempat membahas masalah itu. Jerman dan Prancis juga memutuskan menghentikan penjualan senjata kepada Turki.
Turki menganggap kelompok Kurdi adalah separatis dan teroris, karena ingin membuat negara sendiri di wilayah timur dan selatan dekat perbatasan Suriah dan Irak. Maka dari itu mereka memutuskan menyerang kelompok Kurdi.
Selama ini milisi Kurdi yang berada di Suriah dan membentuk organisasi Pejuang Demokratik Suriah (SDF) dikenal loyal terhadap Assad. Mereka adalah salah milisi yang berperang melawan pemberontak FSA dan ISIS.
ISIS dilaporkan juga turut menyerang milisi SDF. Mereka diperkirakan berencana membebaskan ribuan pengikutnya yang ditahan di kamp penampungan yang dijaga pasukan Kurdi.
(ayp/ayp)