Jakarta, CNN Indonesia --
Jepang berencana mengirim pasukan ke
Timur Tengah untuk mengawal pengiriman minyak di perairan Teluk. Namun Jepang menegaskan tidak akan bergabung dengan koalisi maritim bentukan Amerika Serikat di kawasan itu.
Rencana tersebut disampaikan Menteri Luar Negeri Jepang Toshimitsu Motegi kepada Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo lewat panggilan telepon, Selasa (22/10). Sebagian besar impor minyak Jepang berasal dari Timur Tengah.
Kantor berita
Kyodo melaporkan langkah ini diambil setelah beberapa kali serangan terhadap kapal tanker, termasuk
drone yang menyasar kilang minyak Arab Saudi pada September lalu. AS, negara Barat, dan Arab Saudi kompak menuding Iran berada di balik serangkaian serangan tersebut, namun hal itu dibantah keras.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikutip
AFP, Jepang mempertimbangkan untuk mengirim dua kapal penghancur, salah satunya pernah terlibat dalam misi anti-pembajakan di Somalia.
Akan tetapi, kapal-kapal itu tidak akan patroli di Selat Hormuz, yang menjadi jalur utama pengiriman minyak dunia dan tempat koalisi AS beroperasi.
[Gambas:Video CNN]Jepang memiliki hubungan sejak lama dengan Iran, namun di sisi lain Tokyo merupakan sekutu terdekat Amerika Serikat di Asia.
Sejak Perang Dunia II Jepang berkomitmen untuk tidak menunjukkan kemampuan pertahanan, tetapi Perdana Menteri Shinzo Abe mengambil sejumlah langkah untuk menunjukkan militer yang dikenal sebagai Pasukan Bela Diri (SDF).
Ketegangan di Timur Tengah meningkat awal tahun ini sejak Iran dituduh menyerang kapal tanker Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.
Sedangkan tensi antara Iran dan AS semakin meningkat setelah Presiden Donald Trump, menarik diri dari kesepakatan nuklir, Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) yang disepakati pada 2015 lalu.
Kekhawatiran akan konflik langsung antara AS dan Iran juga meningkat sejak Mei, di mana sejumlah serangan diluncurkan terhadap beberapa tanker minyak di kawasan Teluk.
AS membangun koalisi maritim untuk melindungi kapal-kapal yang melewati perairan Teluk. Mitra utama AS, Inggris dan Australia setuju dengan pengiriman kapal perang untuk mengawal suplai minyak di Teluk. Namun, sebagian besar negara Eropa menolak bergabung dengan koalisi itu
(dea)