
Mencari Pewaris Takhta ISIS Sepeninggal Baghdadi
CNN Indonesia | Selasa, 29/10/2019 13:59 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Deklarasi Amerika Serikat mengenai kematian Abu Bakr al-Baghdadi memicu tanda tanya terkait sosok pengganti yang bakal mewarisi takhta kepemimpinan ISIS.
Meski belum terkonfirmasi, kabar kematian ini membuat banyak pihak kian meragukan kekuatan ISIS, apalagi AS mengklaim bahwa tangan kanan Bagdhadi, Abu Hassan al-Muhajir, juga tewas dalam satu serangan lainnya.
Seorang ahli ISIS di Irak, Hisham al-Hashemi, mengatakan bahwa dengan klaim beruntun ini, daftar nama pengganti Baghdadi kini mengerucut pada dua orang, yaitu Abu Othman al-Tunsi dan Abu Saleh al-Juzrawi alias Hajj Abdullah.
Tunsi menjabat sebagai ketua Dewan Syura ISIS, sementara Juzrawi merupakan anggota Komite Delegasi atau badan eksekutif kelompok militan tersebut.
Namun, Hashemi menganggap kedua sosok ini tidak kuat karena Tunsi berkebangsaan Tunisia dan Juzrawi merupakan warga Arab Saudi. Dengan latar belakang tersebut, mereka tidak paham betul jaringan gerilya ISIS.
"Ini dapat mengarah pada pembelotan," ucap Hashemi kepada AFP.
Meski demikian, Aymenn Jawad Tamimi, seorang akademisi dan ahli masalah jihadis, juga menganggap Hajj Abdullah sebagai tokoh yang berpotensi menggantikan Baghdadi.
"Dalam sejumlah dokumen ISIS yang bocor, ia disebut-sebut sebagai wakil Baghdadi dan setahu saya, dia belum tewas," tutur Tamimi.
Ia kemudian berkata, "Selain sejumlah teks yang menyebut Hajj Abdullah, tak banyak yang diketahui tentang dia kecuali ia adalah Emir Komite Delegasi yang merupakan badan pemerintahan ISIS."
Teror rumor
Di tengah berbagai tanda tanya ini, sejumlah rumor beredar bahwa seorang figur ISIS lainnya yang pernah dibui bersama Baghdadi, Abdullah Qardash, sudah ditunjuk sebagai pewaris takhta.
Ia bahkan disebut-sebut sudah dipilih sebelum Presiden Donald Trump mendeklarasikan kematian Baghdadi.
Namun, Tamimi dan Hashemi langsung mematahkan rumor itu. Merujuk pada sejumlah sumber intelijen Irak, Hashemi mengatakan bahwa Qardash sudah tewas sejak 2017 lalu.
"Putri Qardash sekarang sedang ditahan intelijen Irak. Dia dan kerabatnya mengonfirmasi bahwa Qardash tewas pada 2017," ucap Hashemi.
Walau Qardash masih hidup, kata Hashemi, pria Turkmenistan itu tak layak menjadi pemimpin ISIS karena bukan Quraysh, suku keturunan nabi.
Tak masalah
Siapapun pengganti Baghdadi, ia harus mampu memimpin ISIS yang kian terpuruk setelah serangan bertubi-tubi berbagai koalisi internasional.
Dengan kematian Baghdadi ini, ada kemungkinan ISIS bakal makin hancur karena militan tak lagi bersumpah setia pada pemimpin baru.
"Afiliasi ISIS berpeluang berganti aliansi atau tidak berbaiat lagi pada pengganti Baghdadi," ujar peneliti dan ahli jihad, Nate Rosenblatt.
Kendati demikian, profesor ilmu politik dari Northeastern University, Max Abrahms, menganggap siapapun penerus Baghdadi tak akan berpengaruh pada operasi ISIS di lapangan.
Menurut Abrahms, sistem operasi ISIS tak seperti Al Qaidah di bawah pimpinan Osama Bin Laden. ISIS selama ini menjalankan sistem operasi tak terpusat.
"Ketika Bin Laden tewas, pertanyaan mengenai siapa yang menggantikannya lebih relevan karena Bin Laden lebih mengendalikan Al Qaidah ketimbang Baghdadi di ISIS," tutur Abrahms.
[Gambas:Video CNN]
Charlie Winter, peneliti dari King's College, London, juga mengamini pernyataan Abrahms. Menurutnya, ISIS menerapkan struktur birokrasi terbuka sehingga mereka tak benar-benar kewalahan ketika pemimpin hilang.
"Kelompok jihadi itu mungkin akan bertahan atau lebih kuat melalui kehilangan pemimpin jika mereka punya sistem birokrasi dan struktur," kata Winter.
Menutup pernyataannya, Winter berkata, "Hanya sedikit yang menerapkan sistem birokrasi dan struktur seperti ISIS, jadi saya kira mereka justru akan lebih kuat, bukan terpecah." (has/has)
Meski belum terkonfirmasi, kabar kematian ini membuat banyak pihak kian meragukan kekuatan ISIS, apalagi AS mengklaim bahwa tangan kanan Bagdhadi, Abu Hassan al-Muhajir, juga tewas dalam satu serangan lainnya.
Seorang ahli ISIS di Irak, Hisham al-Hashemi, mengatakan bahwa dengan klaim beruntun ini, daftar nama pengganti Baghdadi kini mengerucut pada dua orang, yaitu Abu Othman al-Tunsi dan Abu Saleh al-Juzrawi alias Hajj Abdullah.
Namun, Hashemi menganggap kedua sosok ini tidak kuat karena Tunsi berkebangsaan Tunisia dan Juzrawi merupakan warga Arab Saudi. Dengan latar belakang tersebut, mereka tidak paham betul jaringan gerilya ISIS.
"Ini dapat mengarah pada pembelotan," ucap Hashemi kepada AFP.
![]() |
"Dalam sejumlah dokumen ISIS yang bocor, ia disebut-sebut sebagai wakil Baghdadi dan setahu saya, dia belum tewas," tutur Tamimi.
Ia kemudian berkata, "Selain sejumlah teks yang menyebut Hajj Abdullah, tak banyak yang diketahui tentang dia kecuali ia adalah Emir Komite Delegasi yang merupakan badan pemerintahan ISIS."
Teror rumor
Di tengah berbagai tanda tanya ini, sejumlah rumor beredar bahwa seorang figur ISIS lainnya yang pernah dibui bersama Baghdadi, Abdullah Qardash, sudah ditunjuk sebagai pewaris takhta.
Ia bahkan disebut-sebut sudah dipilih sebelum Presiden Donald Trump mendeklarasikan kematian Baghdadi.
"Putri Qardash sekarang sedang ditahan intelijen Irak. Dia dan kerabatnya mengonfirmasi bahwa Qardash tewas pada 2017," ucap Hashemi.
Walau Qardash masih hidup, kata Hashemi, pria Turkmenistan itu tak layak menjadi pemimpin ISIS karena bukan Quraysh, suku keturunan nabi.
Tak masalah
Siapapun pengganti Baghdadi, ia harus mampu memimpin ISIS yang kian terpuruk setelah serangan bertubi-tubi berbagai koalisi internasional.
Dengan kematian Baghdadi ini, ada kemungkinan ISIS bakal makin hancur karena militan tak lagi bersumpah setia pada pemimpin baru.
"Afiliasi ISIS berpeluang berganti aliansi atau tidak berbaiat lagi pada pengganti Baghdadi," ujar peneliti dan ahli jihad, Nate Rosenblatt.
Menurut Abrahms, sistem operasi ISIS tak seperti Al Qaidah di bawah pimpinan Osama Bin Laden. ISIS selama ini menjalankan sistem operasi tak terpusat.
"Ketika Bin Laden tewas, pertanyaan mengenai siapa yang menggantikannya lebih relevan karena Bin Laden lebih mengendalikan Al Qaidah ketimbang Baghdadi di ISIS," tutur Abrahms.
[Gambas:Video CNN]
Charlie Winter, peneliti dari King's College, London, juga mengamini pernyataan Abrahms. Menurutnya, ISIS menerapkan struktur birokrasi terbuka sehingga mereka tak benar-benar kewalahan ketika pemimpin hilang.
"Kelompok jihadi itu mungkin akan bertahan atau lebih kuat melalui kehilangan pemimpin jika mereka punya sistem birokrasi dan struktur," kata Winter.
Menutup pernyataannya, Winter berkata, "Hanya sedikit yang menerapkan sistem birokrasi dan struktur seperti ISIS, jadi saya kira mereka justru akan lebih kuat, bukan terpecah." (has/has)
ARTIKEL TERKAIT

Puji AS, Saudi Sebut Baghdadi Merusak Citra Islam
Internasional 1 bulan yang lalu
Iran Sebut Kematian Baghdadi Tak Akhiri Perang Melawan Teror
Internasional 1 bulan yang lalu
FOTO: Jejak Terakhir Abu Bakr al-Baghdadi
Internasional 1 bulan yang lalu
VIDEO: Kesaksian Warga Saat Militer AS Serang Pemimpin ISIS
Internasional 1 bulan yang lalu
Usai Baghdadi, Jubir ISIS Dilaporkan Tewas di Suriah
Internasional 1 bulan yang lalu
Abu Bakr Al-Baghdadi, Hantu Khalifah ISIS yang Paling Dicari
Internasional 1 bulan yang lalu
BACA JUGA

Kemenkeu Ramal Perang Dagang Lanjut Walau Trump Kalah Pilpres
Ekonomi • 10 December 2019 07:51
Progres Perang Dagang, China Akan Hapus Tarif Daging Babi
Ekonomi • 08 December 2019 15:46
OPEC Akan Pangkas Produksi Minyak 1,7 Juta Barel per Hari
Ekonomi • 07 December 2019 20:18
Trump Kecam Bank Dunia Karena Beri Pinjaman ke China
Ekonomi • 07 December 2019 23:33
TERPOPULER

Demo Tolak RUU Kewarganegaraan di India Telan Korban Jiwa
Internasional • 1 jam yang lalu
Gugatan Gambia Bela HAM Rohingya dan Catatan Negatif RI
Internasional 1 jam yang lalu
Kalah di Pemilu, Jeremy Corbyn Tak Mau Calonkan Diri Lagi
Internasional 4 jam yang lalu