
Meksiko Negara Paling Mematikan bagi Jurnalis Sepanjang 2019
CNN Indonesia | Selasa, 10/12/2019 21:03 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Meksiko masih menjadi negara paling berbahaya dan mematikan untuk jurnalis. Menurut catatan Federasi Jurnalis Dunia (IFJ), sepanjang 2019 ada sepuluh pewarta yang terbunuh di negara itu.
Seperti dilansir Associated Press, Selasa (10/12), IFJ menyatakan jurnalis yang menjadi korban pembunuhan sepanjang tahun ini mencapai 49 orang. Jumlah itu lebih rendah dari 2018 lalu yang mencapai 95 orang.
Menurut Kepala Bidang Hak Asasi Manusia dan Keselamatan Jurnalis IFJ, Ernest Sagaga, di seluruh kawasan Amerika Selatan pada tahun ini tercatat ada 18 orang wartawan yang tewas dibunuh. Sedangkan di kawasan Afrika serta Asia Pasifik, jumlah jurnalis yang terbunuh masing-masing mencapai 9 dan 12 orang.
Sagaga menyatakan jumlah itu lebih rendah karena para jurnalis nampaknya semakin berhati-hati dalam menjalankan tugas. Namun, lanjut dia, di sisi lain masyarakat jadi kurang mendapat informasi terkait kondisi dan dugaan pelanggaran HAM di wilayah konflik.
Alasan lain jumlah wartawan yang meninggal saat bertugas adalah konflik di Irak dan Suriah sudah mulai menurun.
"Meski kami menyampaikan jumlah rekan-rekan jurnalis yang tewas saat bertugas menurun, tetapi kami melihat fakta bahwa sepertinya konflik-konflik ini tidak layak diliput oleh para profesional," kata Sagaga.
[Gambas:Video CNN]
Sagaga melanjutkan, banyak jurnalis menghindari meliput di wilayah konflik tahun ini karena tingkat kekerasan yang sangat tinggi.
IFJ beranggotakan 600 ribu pewarta dari 187 serikat dan asosiasi di lebih dari 140 negara. (ayp/ayp)
Seperti dilansir Associated Press, Selasa (10/12), IFJ menyatakan jurnalis yang menjadi korban pembunuhan sepanjang tahun ini mencapai 49 orang. Jumlah itu lebih rendah dari 2018 lalu yang mencapai 95 orang.
Sagaga menyatakan jumlah itu lebih rendah karena para jurnalis nampaknya semakin berhati-hati dalam menjalankan tugas. Namun, lanjut dia, di sisi lain masyarakat jadi kurang mendapat informasi terkait kondisi dan dugaan pelanggaran HAM di wilayah konflik.
Alasan lain jumlah wartawan yang meninggal saat bertugas adalah konflik di Irak dan Suriah sudah mulai menurun.
"Meski kami menyampaikan jumlah rekan-rekan jurnalis yang tewas saat bertugas menurun, tetapi kami melihat fakta bahwa sepertinya konflik-konflik ini tidak layak diliput oleh para profesional," kata Sagaga.
[Gambas:Video CNN]
Sagaga melanjutkan, banyak jurnalis menghindari meliput di wilayah konflik tahun ini karena tingkat kekerasan yang sangat tinggi.
IFJ beranggotakan 600 ribu pewarta dari 187 serikat dan asosiasi di lebih dari 140 negara. (ayp/ayp)
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT
BACA JUGA
Kasus Pengusiran, Bobby Mau Perbaiki Hubungan dengan Jurnalis
AJI & PFI Desak Bobby Evaluasi Pengawal: Jurnalis Bukan Musuh
Dewan Pers Tunggu Aduan Perintangan Jurnalis di Kantor Bobby
Puncak Resah Wartawan Kala Paspampres Larang Wawancara Bobby
Ratusan Wartawan Demo Bobby soal Liputan Dihalangi Paspampres
LAINNYA DI DETIKNETWORK
TERPOPULER

Fakta Terbaru Myanmar, 737 Tewas hingga Pemerintahan Bayangan
Internasional • 1 jam yang lalu
FOTO: Dua Kecelakaan Maut Kereta Api di Mesir
Internasional 1 jam yang lalu
Penembakan Massal di Wisconsin, 3 Orang Tewas
Internasional 24 menit yang lalu