Jakarta, CNN Indonesia --
Masker saat ini menjadi barang berharga dan diburu di tengah merebaknya penyebaran
virus corona di seluruh dunia.
Akibatnya adalah terjadi lonjakan permintaan dari masyarakat dan para tenaga medis. Kondisi tersebut menyebabkan kelangkaan sampai memicu kenaikan harga.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan jika pasokan dan ketersediaan masker dan pakaian pelindung terganggu atau terjadi kenaikan harga, maka akan menyulitkan upaya untuk mencegah penyebaran wabah virus corona.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejumlah negara lantas menerapkan kebijakan khusus untuk mengendalikan persediaan masker, bukan hanya dari sisi penegakan dan ancaman hukuman. Berikut ini
CNNIndonesia.com akan mengulas beberapa contoh mengenai kebijakan tersebut di beberapa negara.
1.
PrancisPresiden Prancis, Emmanuel Macron, menyatakan mengambil alih kendali pasokan untuk mencegah kelangkaan masker dalam menghadapi wabah virus corona.
Macron menyatakan pemerintah mendata seluruh persediaan dan produksi masker. Kemudian mereka mengawasi distribusi langsung kepada para tenaga medis dan penduduk Prancis yang terdampak virus corona.
Prancis juga untuk sementara tidak mengekspor masker untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri.
[Gambas:Video CNN]2.
TaiwanTaiwan menerapkan kebijakan untuk mengambil alih dan memperketat produksi, distribusi serta penjualan dan pembelian masker di tengah penyebaran virus corona.
Pemerintah setempat untuk sementara melarang ekspor masker. Mereka lantas menetapkan kebijakan satu harga untuk masker, yakni sebesar 5 dolar Taiwan atau Rp2.000 per lembar, di seluruh negeri.
Taiwan juga membatasi pembelian masker oleh masyarakat, dengan cara menunjukkan kartu identitas dan pembedaan hari. Selain itu, mereka juga membuat aplikasi khusus yang dibagikan kepada masyarakat untuk memeriksa persediaan masker di apotek dan toko obat yang berada di sekitar pemukiman warga.
Untuk menggenjot jumlah produksi, Taiwan memberdayakan para narapidana untuk membuat masker. Para napi juga mendapat upah dari membuat masker.
Saat ini mereka bisa membuat seribu lembar masker setiap hari, dari semula hanya 450 lembar.
3.
Korea SelatanPemerintah Korea Selatan menerapkan kebijakan keras untuk menjaga persediaan masker di dalam negeri, guna menekan penyebaran virus-corona.
Seperti dilansir
ABC News, Rabu (11/3), Kementerian Makanan dan Obat-Obatan Korsel mewajibkan jumlah masker yang boleh diekspor hanya sebesar 10 persen dari total produksi. Kemudian, setengah dari jumlah produksi harus dipasok kepada gerai-gerai swalayan yang ditunjuk pemerintah.
Di Korsel terdapat sekitar 140 perusahaan pembuat masker yang bisa memproduksi 10 juta lembar per hari. Mereka menyatakan 90 persen dari jumlah tersebut harus dijual di dalam negeri.
 (CNN Indonesia/Fajrian) |
Selain itu, mereka juga menetapkan kebijakan satu harga untuk menjamin masyarakat dari seluruh kalangan tetap bisa membeli masker tersebut.
(ayp/ayp)