Jakarta, CNN Indonesia -- Fenomena memborong barang tertentu di tengah situasi tidak menentu (
panic buying) terjadi di beberapa negara, salah satunya
Australia menyusul penyebaran
virus corona (
Covid-19).
Warga asal Indonesia, Neuva W. Suastha yang berada di Brisbane, Australia mengakui fenomena panic buying masih terjadi di seluruh negeri menyusul bertambahnya kasus corona.
Hingga hari ini, Australia tercatat memiliki 156 orang positif virus corona dengan tiga kematian. Kondisi tersebut memicu fenomena panic buying bagi sebagian besar warga Australia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alih-alih memborong bahan makanan, Neuva mengatakan warga Australia justru lebih panik lantaran kehabisan tisu toilet saat ini.
"Lucunya bahan makanan pokok seperti pasta dan beras itu tidak kehabisan. Orang di sini malah berburu tisu toilet. Minggu kemarin saya kehabisan dan mesti ke toko kecil agar dapat tisu toilet," ucap Neuva saat bercerita kepada
CNNIndonesia.com, Kamis (12/3).
Perempuan yang sudah tinggal di Brisbane selama 13 tahun ini mengaku sebagian besar warga Australia sangat bergantung pada tisu toilet untuk keperluan sanitasi.
[Gambas:Video CNN]Sejak terjadi fenomena panic buying, ia mengaku pemerintah setempat sudah mengimbau toko-toko untuk membatasi pembelian tisu toilet per orang.
Kendati demikian, Neuva mengatakan kepanikan serupa tidak serta merta memengaruhi aktivitas sehari-hari warga. Aktivitas sebagian besar warga Australia terutama di Brisbane masih terhitung normal.
Neuva dan suami yang merupakan warga asli Australia tetap bekerja meski kedua perusahaan mereka mengizinkan untuk mengerjakan tugas-tugas dari rumah.
 Foto: CNNIndonesia/Basith Subastian |
Namun, ia mengatakan larangan melakukan perjalanan dinas ke luar negeri dan membatasi perjalanan dinas domestik telah dikeluarkan oleh perusahaan. Hal serupa juga diterapkan oleh sebagian besar perusahaan di Australia.
"Warga di sini diwajibkan isolasi pribadi secara otomatis kalau baru pulang dari luar negeri bagi yang baru melakukan perjalanan sendiri. Perjalanan domestik juga dikurangi," ucapnya menambahkan.
Perempuan karyawan perusahaan swasta di Brisbane ini mengaku jika kasus virus corona membuat kesadaran warga Australia terhadap isu kesehatan menjadi semakin tinggi.
Padahal, sebelum isu Covid-19, warga Australia kerap rajin memeriksakan diri ke dokter dan rumah sakit meski hanya mengalami flu dan demam.
Sejak wabah corona menyebar, warga Negeri kanguru semakin awas terhadap kondisi kesehatan masing-masing. Sebagian warga, menurut Neuva, sadar diri jika sedang sakit dan langsung mengkarantina diri sendiri meski sekedar sakit flu.
Selain itu, perusahaan juga cukup ketat dalam memantau para pegawainya yang sedang sakit. Neuva menuturkan banyak perusahaan yang meminta pegawai pulang jika kedapatan bekerja saat sakit terutama batuk dan flu.
"Orang di sini malah kalau sakit batuk dan flu itu pasti dikasih apa-apa. Di suruh pulang oleh kantor. Karena di sini penyakit flu, demam, dan batuk terbilang serius. Tiap musim dingin, banyak lansia di Australia yang meninggal karena corona virus walau bukan Covid-19," kata Neuva.
(rds/evn)