Tiga Cara Jerman Kendalikan Angka Kematian Corona

CNN Indonesia
Selasa, 07 Apr 2020 14:16 WIB
Beberapa pihak mulai melihat Jerman dan mencoba meneliti apa yang dilakukan mereka hingga dapat menekan jumlah kematian akibat virus corona.
Ilustrasi tenaga medis yang menangani pasien virus corona. (Chinatopix via AP)
Jakarta, CNN Indonesia -- Jerman seperti negara-negara Eropa lainnya, Spanyol, Italia, dan Prancis, memiliki banyak kasus virus corona (Covid-19).

Berdasarkan situs pelaporan Worldometers, Jerman tercatat sebagai negara keempat dengan kasus virus corona terbanyak yakni 103.375 pada Selasa (7/4), lebih tinggi dari Prancis dan  China. 

Namun, tidak seperti negara lainnya yang terkena dampak besar dari virus corona, sejauh ini angka kematian Jerman akibat Covid-19 jauh lebih rendah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari jumlah kasus yang telah dikonfirmasi Jerman mencatat 1.810 kematian akibat virus, hanya sekitar 1,75 persen. 


Sebagai perbandingan, Prancis yang berada di bawah posisi Jerman dengan 98.101 kasus memiliki jumlah perbandingan kematian yang lebih besar, yakni 8.911 atau 9,09 persen.

Begitu juga dengan Italia dengan persentase kematian sebesar 12,4 persen dan Spanyol sebesar 9,79 persen.

Jerman telah dipuji beberapa pihak karena berhasil meredam mayoritas masyarakat yang terpapar virus. Hal tersebut juga dibuktikan dengan jumlah harian infeksi baru di Jerman yang turun pada hari Senin (6/4) kemarin. 

Jerman mencatat penurunan tertajam jumlah kematian harian akibat virus corona yakni 92 orang yang merupakan jumlah terendah dalam sepekan terakhir.

Selain angka kematian, jumlah infeksi baru juga menunjukkan penurunan yakni 3.677 orang dalam sehari, terkecil sejak 22 Maret.

Pada Minggu (5/4) Jerman mencatat penambahan jumlah kematian lebih besar, yakni 140 orang dengan penambahan kasus sebesar 4.003.
Foto: CNN Indonesia/Fajrian

Beberapa pihak mulai melihat Jerman dan mencoba meneliti apa yang dilakukan hingga dapat menekan jumlah kematian akibat virus corona.

Berawal dari munculnya virus itu di China pada akhir tahun lalu, Jerman masih menganggap penyakit itu sebagai ancaman yang masih jauh, dan hanya memiliki kemungkinan kecil masuk ke dalam negara. 

Tetapi hanya butuh beberapa hari tanda-tanda masalah muncul. Jerman menemukan beberapa kasus Covid-19 pertama pada tanggal 27 Januari, namun saat itu pemerintah berpikir bahwa virus hanyalah ancaman lokal yang dapat dikelola dengan mudah.

Jerman bukan satu-satunya negara yang menyikapi virus ini. Pada 22 Januari, Presiden Amerika Serikat Donald Trump juga menyatakan bahwa virus tidak akan berkembang lebih jauh, dan memastikan bahwa virus dapat dikendalikan oleh pemerintah.

Namun, selama bulan Februari, situasi berubah secara drastis di Jerman. Ancaman virus meningkat dari hari ke hari, dan dengan 48 kasus yang dikonfirmasi pada 28 Februari, Jerman memiliki jumlah kasus tertinggi kedua di Eropa di belakang 644 kasus di Italia.

Berikut tiga cara yang ditempuh Jerman sehingga berhasil menekan angka kematian akibat infeksi virus corona.

Tanggapan Cepat

Itu menjadi titik Jerman mulai mengubah cara pandang mereka terhadap virus corona. Pemerintah bertindak untuk mengatasi ancaman virus.

Pada akhir Februari, negara itu memperpanjang penutupan sekolah dan fasilitas penitipan anak dan mengharuskan siapa pun yang telah melakukan kontak dengan kasus yang dikonfirmasi untuk diisolasi selama 14 hari. 


Bahkan dalam kasus yang belum dikonfirmasi, mereka yang pernah berada di dekat seseorang dengan gejala seperti virus corona tetap diwajibkan untuk mengisolasi diri.

Sementara itu, pemerintah mengatakan akan membatasi perjalanan ke Jerman, dan mulai membeli peralatan medis pelindung untuk mempersiapkan pertarungan Covid-19.

Tes Covid yang Massal

Jerman adalah salah satu negara pertama yang mengembangkan sistem pengujian Covid-19. Mereka mulai mengadakan pengujian virus pada pertengahan Februari. Meskipun belum memiliki kemampuan untuk menghasilkan tes yang cepat, mereka mengembangkan dari sisi cakupan wilayah.

Profesor Epidemiologi dari Yale School of Public Hearth Nathan Grubaugh menyebutkan bahwa Jerman tidak memiliki sistem diagnostik yang terpusat, dan melakukan pengujian di masing-masing wilayah secara keseluruhan. Hingga pada 2 April, laboratorium swasta di Jerman telah membantu negara tersebut menguji 1 juta orang untuk Covid-19.


"Jerman tidak memiliki sistem diagnostik terpusat sehingga laboratorium di seluruh negeri bebas untuk membuat tes," kata Nathan sebagaimana dilansir dari Business Insider.

Pelayanan Kesehatan Memadai

Jerman memiliki keuntungan sangat besar dalam hal kapasitas tempat tidur dan unit perawatan intensif, yang membuat perbedaan besar dalam kematian dan tingkat pemulihan dalam perang melawan pandemi.

Wabah virus yang menjadikan ventilator sebagai komoditas penting, Jerman memiliki tiga kali lebih banyak dari Italia dan hampir lima kali lebih banyak daripada Belanda.

Sejak awal wabah, apa yang Jerman lakukan secara efektif adalah berusaha menjaga kurva di bawah kendali dengan memainkan seluruh kekuatan medis mereka. Pengujian yang konstan dan luas, diiringi oleh penerapan karantina yang ketat di seluruh negeri secara tepat waktu telah membuat perbedaan bagi Jerman.

Kepala Ahli Virus Hans-Gerorg Krausslich menyebut pemerintah Jerman sangat menerima saran dan data dari ahli. Ia menyebut hal itu turut andil dalam pengambilan keputusan tepat pada waktunya.
Foto: CNN Indonesia/Fajrian

Hal itu juga yang menyebabkan pemerintah Jerman memiliki pandangan terhadap pandemi mirip dengan panduan yang dibuat oleh banyak pakar medis di seluruh dunia. Jerman dengan keamanan sosial yang kuat dan sistem kesehatan masyarakat telah mengikuti jalur ilmiah, membatasi penghitungan kematian sendiri.

"Mungkin kekuatan terbesar kami di Jerman adalah pengambilan keputusan yang rasional di tingkat pemerintahan tertinggi dikombinasikan dengan kepercayaan yang dinikmati pemerintah dalam populasi," kata Krausslich sebagaimana dilansir dari TRTWorld. (ara/dea)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER