Memori Komunisme Albania di Tengah Ramadan dan Lockdown

CNN Indonesia
Minggu, 26 Apr 2020 06:05 WIB
Xhemal Hafizi, Imam of the Tanners' Mosque, prays alone on the first night of the holy month of Ramadan, in Tirana on April 23, 2020 during a government-imposed nationwide lockdown as a preventive measure against the COVID-19 disease, caused by the novel coronavirus. (Photo by Gent SHKULLAKU / AFP)
Seorang muazin melaksanakan salat usai mengumandangkan azan di masjid yang ditutup akibat kebijakan lockdown Albania melawan virus corona. (AFP/GENT SHKULLAKU)
Jakarta, CNN Indonesia -- Terjebak di dalam flat saat Ramadan tahun ini akibat kebijakan lockdown demi cegah penularan virus corona (Covid-19) di Albania, secara tak langsung mengembalikan memori Osman Hoxha, 81, pada masa di mana negeri itu dikuasai rezim komunis.

Osman yang tinggal di ibu kota Albania, Tirana itu menceritakan lembaran hitam negara tersebut di masa lampau--saat era komunisme--di mana mempraktikkan ajaran agama bisa berisiko kematian.

Pada Ramadan tahun ini, seperti halnya di seluruh dunia, rumah-rumah ibadah--termasuk masjid--ditutup dan warga diimbau beribadah di rumah demi mencegah penyebaran wabah virus corona.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sepinya rumah ibadah, bagi generasi tua Albania seperti Osman, mengingatkan kembali masa ketika rezim komunis di bawah Enver Hoxha berkuasa selama empat dekade dari 1940an.

"Kami harus salat di balik tembok rumah kami karena takut berakhir di penjara, atau dihukum mati," kenang Osman seperti dikutip dari AFP.

"Selama rezim komunis kami harus mempraktikkan puasa diam-diam karena jika orang melihat kami, itu bisa membahayakan nyawa kami, seperti sekarang kita berisiko mati akibat sebuah virus," tambah istri Osman, Minire, 74.

Memori Komunisme Albania di Tengah Ramadan dan LockdownOsman Hoxha menjadi imam salat bagi anak dan cucunya. Mereka terpaksa salat di rumah, karena masjid saat ini ditutup akibat pandemi corona. (AFP/GENT SHKULLAKU)
Untuk diketahui, Enver Hoxha, mengadopsi motto yang menyatakan agama adalah candu. Dia pun mendeklarasikan Albania sebagai negara atheis--yang pertama di dunia---pada 1967.

Selama 40 tahun di bawah kepemimpinannya, ratusan masjid dan gereja di Albania dihancurkan atau dialihfungsikan. Lusinan pendeta dan ulama dihukum untuk kerja paksa, dan banyak di antaranya meninggal di penjara atau dibunuh regu tembak.

Total, diperkirakan sekitar 6.000 orang dieksekusi rezim Enver Hoxha dengan tuduhan kejahatan dari mulai pengkhianatan, perjalanan ke luar negeri, hingga mempraktikkan keyakinan beragama.

Puluhan ribu lagi dikirim ke penjara atau kamp kerja paksa. Satu di antara yang harus mengikuti kerja paksa itu adalah Osman.

Memori Komunisme Albania di Tengah Ramadan dan LockdownOsman  Hoxha menikmati sajian buka puasa bersama anak dan cucu-cucunya. (AFP/GENT SHKULLAKU)
Kala itu, Osman yang masih remaja pada 1960an dipaksa bekerja menghancurkan batu. Ia masuk ke kamp itu setelah kakaknya kabur dari negeri itu yang mengakibatkan anggota keluarganya ditangkap dan dihukum.

Meskipun berada di bawah bayang-bayang ketakutan rezim, Osman dan keluarganya tetap memelihara dan menjaga iman mereka. Mereka mempraktikkan ajaran-ajaran Islam secara rahasia hingga rezim tumbang, dan kebebasan beribadah terbuka kembali pada awal dekade 1990an.

Berdasarkan data kependudukan terkini Albania, di sana saat ini ada lebih setengah dari populasi 2,8 juta jiwa Albania adalah muslim, dan sisanya penganut agama lain. Salah satu contoh adalah pemeluk Katolik dan Kristen Ortodoks yang diperkirakan 30 persen dari populasi.

Hari ini, di saat harus hanya kembali bisa beribadah di rumah akibat pandemi corona, Osman mengaku teknologi telah sangat membantu--terutama dalam menjalin silaturahmi.

Sebelumnya, keluarga besar Osman selalu melewatkan hari pertama Ramadan dengan melakukan buka puasa bersama. Setidaknya, 20 orang melaksanaka iftar di meja makan bersama-sama.

tapi, tahun ini jumlah anggota grup itu turun. Osman dan istrinya berbuka puasa hanya ditemani anak, menantu, dan cucu-cucu mereka yang kebetulan tinggal di satu flat. Mereka pun hanya bisa bertemu denga anggota keluarga lain via telepon video.

Setelah berbuka puasa, Osman menjadi imam salat berjamaah untuk anak dan dua cucunya. Mereka salat di ruang keluarga, karena masjid saat ini ditutup akibat pandemi corona. (afp/kid)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER