Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah
Swedia yang memilih tidak menerapkan pembatasan kegiatan dan penguncian wilayah (
lockdown) untuk menghadapi wabah
virus corona, kini harus menghadapi kenyataan bahwa jumlah korban meninggal akibat wabah itu perlahan meningkat.
Seperti dilansir
AFP, Senin (27/4), kasus virus corona di Swedia berdasarkan data Sekolah Kedokteran Universitas Johns Hopkins (JHU) mencapai, 18.640. Sedangkan korban meninggal berjumlah 2.194 jiwa.
Sementara menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jumlah kasus virus corona di Swedia mencapai 18.177, dengan korban meninggal berjumlah 2.192 orang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jumlah kasus dan kematian akibat virus corona di Swedia lebih tinggi dibandingkan dengan negara tetangganya seperti Denmark, Norwegia dan Finlandia.
Berdasarkan data WHO, kasus virus corona di Denmark mencapai 8,445 orang, dengan korban meninggal 418 jiwa.
Sedangkan Finlandia mencatat ada 4.475 kasus virus corona, dengan 186 orang meninggal.
Sementara itu, kasus virus corona di Norwegia sampai hari ini berjumlah 7,467 orang, dan 193
orang meninggal.
Pemerintah Kota Stockholm juga memutuskan menutup lima bar dan restoran di kawasan gaul Sodermalm akibat pengelolanya tidak menaati aturan menjaga jarak dari pemerintah.
"Masalah utamanya adalah pengunjung yang terlampau penuh, baik di dalam dan luar ruangan," kata pejabat dinas kesehatan Stockholm, Per Follin.
Follin menyatakan bar dan restoran tersebut baru bisa beroperasi kembali setelah ada pengumuman dari pemerintah.
 Ilustrasi penduduk Swedia di tengah pandemi virus corona. (AP Photo/Andres Kudacki) |
Pemerintah negara Skandinavia tersebut sampai saat ini memberi batasan kepada seluruh restoran dan bar untuk memberi jarak kursi dan meja pengunjung antara satu hingga dua meter.
Kegiatan belajar mengajar di sekolah di seluruh Swedia juga sampai saat ini terus berjalan, tetapi dibatasi hanya untuk pelajar usia 16 tahun ke bawah. Sejumlah tempat usaha hingga mal juga masih beroperasi dan boleh dikunjungi.
Meski pemerintah Swedia menyebut warganya secara sukarela mempraktikkan menjaga jarak fisik, tetapi sejumlah foto menunjukkan mereka berkerumun di dalam tempat hiburan dan restoran saat musim semi.
Pemerintah Swedia berkeras mereka tidak akan menerapkan kebijakan pembatasan kegiatan dan penguncian wilayah seperti negara tetangganya. Mereka mengatakan strategi yang diambil dijamin akan berkesinambungan dalam jangka panjang dan menolak kebijakan jangka pendek yang dinilai bisa berdampak buruk terhadap masyarakat.
Denmark memutuskan memberlakukan
lockdown pada 11 Maret lalu. Norwegia lantas menyusul sehari kemudian.
Seperti dilansir
SBS, Perdana Menteri Swedia, Stefan Lofven, mengatakan mereka lebih menekankan kedewasaan para penduduk untuk bertanggung jawab terhadap keamanan diri sendiri saat menghadapi wabah virus corona.
"Setiap orang di Swedia harus bertanggung jawab terhadap dirinya masing-masing. Jika semua orang bertanggung jawab, maka kita bisa mengendalikan pencegahan penyebaran virus," kata Lofven.
Pendapat Lofven diperkuat oleh Badan Kesehatan Masyarakat Sedangkan Swedia, Anders Tegnell. Menurut dia cara menghadapi virus corona dengan lebih lentur dinilai lebih efektif ketimbang harus menerapkan pembatasan kegiatan atau
lockdown.
"Mengunci orang-orang di rumah dalam jangka waktu yang lama tidak akan bekerja dengan baik. Cepat atau lambat mereka juga pasti akan keluar rumah," kata Tegnell.
Tegnell menyatakan Swedia memilih menempuh jalan untuk memperkuat kekebalan kelompok (
herd immunity), ketimbang membatasi kegiatan atau mengunci wilayah.
 (CNN Indonesia/Fajrian) |
"Di sebagian besar Swedia, di sekitar Stockholm, kami sudah melihat dampak dari kekebalan kelompok, dan dalam beberapa pekan mendatang kita akan lebih banyak melihat efek tersebut. Dan di seluruh penjuru negeri, situasi lebih stabil," ujar Tegnell, seperti dilansir
CNBC.
(ayp)
[Gambas:Video CNN]