'Ngantor' Lagi, PM Inggris Belum Akan Longgarkan Lockdown

CNN Indonesia
Senin, 27 Apr 2020 16:45 WIB
Britain's Prime Minister Boris Johnson gestures as he departs from Hudson Yards, in New York, Tuesday, Sept. 24, 2019. In a major blow to Johnson, Britain's highest court ruled Tuesday that his decision to suspend Parliament for five weeks in the crucial countdown to the country's Brexit deadline was illegal.  (AP Photo/Matt Rourke)
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menyatakan bahwa dia tidak akan melonggarkan lockdown virus corona dalam waktu dekat. (AP Photo/Matt Rourke)
Jakarta, CNN Indonesia -- Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menyatakan bahwa dia tidak akan melonggarkan lockdown virus corona dalam waktu dekat.

Itu merupakan pernyataan pertama Johnson di hari pertama bekerja di Downing Street usai dinyatakan sembuh dari Covid-19, Senin (27/4).

Menurut dia, melonggarkan lockdown untuk saat ini terlalu berisiko. Karena itu dia menyarankan pembatasan harus tetap berlaku demi menghindari ancaman gelombang kedua pandemi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seperti dikutip dari CNN, kebijakan penguncian wilayah di Inggris akan ditinjau kembali pada 7 Mei.


Meski demikian dia meyakini penyebaran virus corona di Inggris menunjukkan tanda positif. Kata dia, Inggris hampir memenangkan fase pertama pertempuran melawan virus corona yang telah menewaskan lebih dari 20 ribu orang di negaranya. Hingga Senin petang, Inggris memiliki 152.840 kasus Covid-19.

Johnson saat ini berada dalam tekanan untuk menjelaskan bagaimana melonggarkan lockdown akibat virus corona yang sudah sebulan diberlakukan. Sebab, kebijakan itu telah menghantam perekonomian Inggris.
INFOGRAFIS AGAR TAK TERTULAR VIRUS CORONAFoto: CNN Indonesia/Fajrian
INFOGRAFIS AGAR TAK TERTULAR VIRUS CORONA

Bahkan, pada Kamis (23/4) lalu, The Bank of England mengingatkan Inggris tengah menghadapi resesi terburuk selama beberapa abad terakhir.

Johnson juga menghadapi sejumlah kritik terkait penanganan wabah itu. Mulai dari angka kematian yang terus menanjak hingga kurangnya Alat Perlindungan Diri (APD) dan minimnya pengetesan, khususnya untuk garda terdepan petugas kesehatan dan pekerja sosial.


"Pemerintah belum selincah yang seharusnya," ujar Ketua Dewan Asosiasi Medis Inggris Chaand Nagpaul kepala Sky News, seperti dilansir dari AFP.

Johnson sempat dirawat di Rumah Sakit St Thomas London setelah menunjukkan gejala infeksi virus corona pada 5 April lalu.


Ia dirawat di ICU selama tiga hari dan baru keluar dari rumah sakit pada 12 April. Setelah itu, ia menghabiskan dua pekan di Kota Chequers untuk pemulihan. (dea)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER