Jakarta, CNN Indonesia -- Perdana Menteri
Inggris Boris Johnson menyatakan bahwa dia tidak akan melonggarkan
lockdown virus corona dalam waktu dekat.
Itu merupakan pernyataan pertama Johnson di hari pertama bekerja di Downing Street usai dinyatakan sembuh dari Covid-19, Senin (27/4).
Menurut dia, melonggarkan
lockdown untuk saat ini terlalu berisiko. Karena itu dia menyarankan pembatasan harus tetap berlaku demi menghindari ancaman gelombang kedua pandemi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti dikutip dari
CNN, kebijakan penguncian wilayah di Inggris akan ditinjau kembali pada 7 Mei.
Meski demikian dia meyakini penyebaran virus corona di Inggris menunjukkan tanda positif. Kata dia, Inggris hampir memenangkan fase pertama pertempuran melawan virus corona yang telah menewaskan lebih dari 20 ribu orang di negaranya. Hingga Senin petang, Inggris memiliki 152.840 kasus Covid-19.
Johnson saat ini berada dalam tekanan untuk menjelaskan bagaimana melonggarkan
lockdown akibat virus corona yang sudah sebulan diberlakukan. Sebab, kebijakan itu telah menghantam perekonomian Inggris.
 Foto: CNN Indonesia/Fajrian INFOGRAFIS AGAR TAK TERTULAR VIRUS CORONA |
Bahkan, pada Kamis (23/4) lalu, The Bank of England mengingatkan Inggris tengah menghadapi resesi terburuk selama beberapa abad terakhir.
Johnson juga menghadapi sejumlah kritik terkait penanganan wabah itu. Mulai dari angka kematian yang terus menanjak hingga kurangnya Alat Perlindungan Diri (APD) dan minimnya pengetesan, khususnya untuk garda terdepan petugas kesehatan dan pekerja sosial.
"Pemerintah belum selincah yang seharusnya," ujar Ketua Dewan Asosiasi Medis Inggris Chaand Nagpaul kepala Sky News, seperti dilansir dari
AFP.
Johnson sempat dirawat di Rumah Sakit St Thomas London setelah menunjukkan gejala infeksi virus corona pada 5 April lalu.
Ia dirawat di ICU selama tiga hari dan baru keluar dari rumah sakit pada 12 April. Setelah itu, ia menghabiskan dua pekan di Kota Chequers untuk pemulihan.
(dea)
[Gambas:Video CNN]