Intelijen Barat Tepis Trump Soal Virus Corona Rekayasa China

CNN Indonesia
Selasa, 05 Mei 2020 17:21 WIB
(FILES) This file photo taken on February 23, 2017 shows workers next to a cage with mice (R) inside the P4 laboratory in Wuhan, capital of China's Hubei province. - The P4 epidemiological laboratory was built in co-operation with French bio-industrial firm Institut Merieux and the Chinese Academy of Sciences. The facility is among a handful of labs around the world cleared to handle Class 4 pathogens (P4) - dangerous viruses that pose a high risk of person-to-person transmission. (Photo by JOHANNES EISELE / AFP)
Ilustrasi laboratorium Institut Virologi Wuhan, China. Kelompok intelijen Five Eyes meyakini virus corona adalah hasil evolusi dan bukan rekayasa peneliti di laboratorium China. (JOHANNES EISELE / AFP)
Jakarta, CNN Indonesia -- Laporan intelijen dari negara-negara sekutu Amerika Serikat yang tergabung kelompok Five Eyes menyatakan sangat tidak mungkin virus corona menyebar secara tidak sengaja dari laboratorium di Kota Wuhan, China.

Menurut hasil analisis mereka, virus mematikan tersebut kemungkinan besar berasal dari pasar di China.

Hal itu disampaikan oleh dua pejabat Barat yang bertentangan dengan klaim Presiden AS, Donald Trump, dan Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Aliansi intelijen Five Eyes terdiri dari Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan Selandia Baru, serta negara dari badan intelijen pro AS di dunia.


"Kami pikir sangat tidak mungkin itu kecelakaan, (tapi) sangat mungkin itu terjadi secara alami dan infeksi ke manusia berasal dari interaksi manusia dan hewan secara alami," kata seorang pejabat diplomatik Barat yang memiliki informasi intelijen.

Penilaian dari anggota kelompok intelijen tersebut mematahkan klaim Trump dan Pompeo di beberapa hari terakhir, karena mereka sangat yakin jika wabah itu berasal dari sebuah laboratorium di Wuhan, dan bukan dari pasar ikan.

Hal ini kemungkinan akan meningkatkan tekanan kepada Trump untuk memberi bukti pendukung klaimnya yang sejauh ini belum dilakukan, meskipun Trump dan semakin para diplomatnya semakin gencar berkomentar, seperti dilansir CNN, Selasa (5/5).

Sumber ketiga juga datang dari negara Five Eyes mengatakan kepada CNN bahwa pihaknya mengakui bahwa masih ada kemungkinan virus itu berasal dari laboratorium, tapi ia memperingatkan untuk tidak membenarkan teori tersebut.

Sumber itu menambahkan dari hasil analisis saat ini virus tersebut berasal dari pasar, tetapi belum diketahui bagaimana virus itu bisa sampai di pasar.

Tanpa ada kerja sama dan keterbukaan dari China, ia tidak bisa memberikan kepastian total. AS belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait keterangan itu kepada publik.


Dalam sebuah wawancara dengan majalah National Geographic yang diterbitkan pada Senin kemarin, pakar penyakit menular AS, Dr. Anthony Fauci, mengatakan ia tidak percaya virus itu berasal dari laboratorium.

"Jika Anda melihat evolusi virus pada kelelawar dan apa yang ada di luar sana sekarang, (bukti ilmiah) sangat, sangat condong ke arah ini. Tidak mungkin secara artifisial (buatan) atau sengaja dimanipulasi. Segala sesuatu tentang evolusi bertahap dari waktu ke waktu sangat menunjukkan bahwa (virus ini) berevolusi di alam lalu berpindah ke spesies" kata Fauci kepada majalah itu.

Komunitas intelijen AS menerbitkan pernyataan pada Kamis pekan lalu bahwa pihaknya masih bekerja untuk mencari tahu apakah wabah itu dimulai lewat kontak dengan hewan yang terinfeksi, atau akibat dugaan kecelakaan di laboratorium di Wuhan, serta mengatakan bahwa virus Covid-19 bukan buatan manusia atau dimodifikasi secara genetik.

Pada Senin kemarin, sebuah tabloid milik Partai Komunis China menolak klaim pemerintahan Trump bahwa virus corona berasal dari sebuah laboratorium.

Menanggapi komentar Pompeo tentang bukti besar untuk mendukung teorinya, surat kabar Global Times milik pemerintah China mengatakan dalam sebuah editorial bahwa mantan Direktur Badan Intelijen AS (CIA) itu telah mengejutkan dunia dengan tuduhan yang tidak berdasar.

[Gambas:Video CNN]

"Karena Pompeo mengatakan klaimnya didukung oleh 'bukti yang sangat besar,' maka dia harus menyajikan apa yang disebut bukti ini kepada dunia, dan terutama kepada publik Amerika yang terus-menerus dia bodohi," demikian isi editorial itu.

China telah menghadapi kritik di dalam dan luar negeri atas penanganan virus tersebut, terutama di awal wabah. Negara itu dituduh membungkam pelapor dan menunda memberi tahu masyarakat tentang parahnya krisis.

Akan tetapi, para kritikus menuduh pemerintahan Trump berupaya menyalahkan China atas penyebaran virus ini secara global, untuk menutupi kritik atas penanganan pandemi corona di AS.

Hingga saat ini, AS telah mencatat lebih dari 1,1 juta kasus virus corona dan setidaknya 68.000 kematian terkait dengan Covid-19. (ans/ayp)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER