Studi Catat Kematian Corona di New York Lebih Tinggi

CNN Indonesia
Selasa, 12 Mei 2020 20:51 WIB
A man walks in the almost deserted Central Park in Manhattan on April 16, 2020 in New York City. - Gone are the softball games, horse-drawn carriages and hordes of tourists. In their place, pronounced birdsong, solitary walks and renewed appreciation for Central Park's beauty during New York's coronavirus lockdown. The 843-acre (341-hectare) park -- arguably the world's most famous urban green space -- normally bustles with human activity as winter turns to spring, but this year due to Covid-19 it's the wildlife that is coming out to play. (Photo by Johannes EISELE / AFP)
Suasana Central Park, New York di tengah pandemi virus corona. (Foto: Johannes EISELE / AFP)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sebuah laporan yang dirilis oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) mencatat angka kematian akibat virus corona di New York lebih tinggi dibandingkan jumlah resmi.

Laporan tersebut mencatat angka kematian yang lebih tinggi sejak 11 Maret hingga 2 Mei yakni sekitar 24.172 korban jiwa.

Sekitar 19 ribu kematian disebut karena terinfeksi virus corona. Sementara sekitar 5.300 lainnya disebut tidak memiliki hubungan eksplisit dengan virus SARS-nCoV-2.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketua Peneliti Departemen Kebersihan dan Kesehatan Mental New York, Donald Olson mengatakan sulit untuk mengetahui mengapa kematian tersebut terjadi.

Kendati demikian, Olson mengatakan timnya mencatat bahwa orang yang memiliki penyakit bawaan lebih berpotensi meninggal akibat terinfeksi virus corona. Namun, kematian tersebut tidak secara langsung dikaitkan dengan Covid-19.

Ketakutan publik atas penularan virus dan tekanan besar pada rumah sakit sehingga membuat orang-orang yang membutuhkan perawatan di luar Covid-19 seperti penyakit jantung dan diabetes menjadi tertunda.

"Penting untuk melacak lebih banyak kematian korban untuk memahami tingkat kematian pasien Covid-19 yang memiliki penyakit bawaan dan kurangnya ketersediaan perawatan untuk kondisi non-Covid," tulis peneliti dalam laporan tersebut seperti mengutip Associated Press.

Insert Artikel - Waspada Virus CoronaFoto: CNN Indonesia/Fajrian
Insert Artikel - Waspada Virus Corona

Temuan ini menambah bukti yang menunjukkan bagaimana pandemi corona berimbas pada orang tanpa menginfeksi pasien terlebih dahulu. Para ahli mengatakan adanya penurunan serangan jantung dan stroke di AS kemungkinan karena pasien menghindari rumah sakit dan ruang gawat darurat.

"Permintaan rumah sakit dan penyedia layanan kesehatan, ditambah adanya ketakutan publik terhadap Covid-19 membuat perawatan untuk menyelamatkan pasien yang memiliki penyakit bawaan menjadi terlambat," tulis peneliti.

[Gambas:Video CNN]

Data yang dirilis John Hopkins University mencatat saat ini ada 1.347.916 kasus virus corona dan 80.684 kematian di AS. Sekitar 26.988 kematian dan 58.363 pasien dinyatakan sembuh berasal dari New York.

Hingga Minggu, New York mencatat hampir 14.800 kematian yang dikonfirmasi oleh tes laboratorium dan hampir 5.200 kematian yang mungkin terjadi di area yang tidak terjangkau alat tes corona.

Pembukaan kembali New York secara bertahap

Gubernur Andrew Cuomo mengatakan sekitar tiga wilayah di bagian utara New York telah menunjukkan kemajuan menaklukkan penyebaran virus corona. Rencananya daerah tersebut akan dibuka kembali secara bertahap mulai akhir pekan ini.

Daerah tersebut akan mulai membuka sektor bisnis di bidang konstruksi dan manufaktur, pertanian, kehutanan, dan perikanan. Sementara toko ritel hanya boleh melayani sistem pembelian pemesanan dan pembeli dilarang memasuki area toko.

Cuomo mengatakan New York akan kembali membuka lockdown jika memenuhi tujuh kriteria yakni adanya tren penurunan pasien rawat inap, peningkatan kapasitas pengujian, dan pelacakan pasien yang kemungkinan terinfeksi corona. (ans/evn)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER