Data Kasus Virus Corona di Jepang Disangsikan

AFP | CNN Indonesia
Kamis, 14 Mei 2020 21:35 WIB
FILE - In this April 27, 2020, file photo, a station passageway is crowded with commuters wearing face mask in Tokyo. Under Japan's coronavirus state of emergency, people have been asked to stay home. Many are not. Some still have to commute to their jobs despite risks of infection, while others are dining out, picnicking in parks and crowding into grocery stores with scant regard for social distancing. (AP Photo/Eugene Hoshiko, File)
Kepadatan penduduk di Tokyo menjadi salah satu pijakan menyangsikan data kasus virus corona di Jepang. (AP Photo/Eugene Hoshiko)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kasus virus corona di Jepang diragukan seperti jumlah yang tertera pada data resmi, bahkan oleh ahli di dalam negeri.

Jepang yang berpenduduk 126 juta jiwa memiliki 16.049 jumlah kasus Covid-19 dengan 678 kematian. Angka tersebut jauh di bawah negara-negara yang sebanding sehingga menimbulkan kecurigaan pihak berwenang tidak memberi gambaran lengkap.


Penurunan kasus baru dalam beberapa pekan terakhir disebut bakal mendorong Perdana Menteri Shinzo Abe menyudahi keadaan darurat di sebagian besar wilayah negara tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Banyak pihak yang menyangsikan kemampuan Jepang melawan virus karena jumlah populasi manula yang tinggi di Negara Matahari Terbit serta kepadatan penduduk di Tokyo. Selain itu ada pula gambaran pekerja-pekerja yang berjejal di kereta komuter.

Ahli virus corona Jepang sendiri, Shigeru Omi, menyatakan tak mengetahui jumlah kasus virus corona yang sebenarnya.

Asisten Direktur Rumah Sakit Universitas Kedokteran Tokyo, Ryuji Koike, mengatakan kondisi tingkat infeksi dan kematian yang rendah tidak berarti Jepang dalam kondisi yang baik-baik saja.

"Saya tidak berpikir [penurunan jumlah infeksi] disebabkan kebijakan pemerintah. Saya pikir sepertinya Jepang baik-baik saja karena hal-hal yang tidak dapat diukur, seperti kebiasaan sehari-hari dan perilaku," kata Koike mengacu pada kelaziman di Jepang seperti menjaga kebersihan dengan tidak bersalaman, mencucu tangan, melepas sepatu, mengenakan masker, serta tingkat obesitas yang rendah dan konsumsi makanan sehat.

Sementara profesor kebijakan publik Universitas Hokkaido, Kazuto Suzuki, mengatakan Jepang hanya melakukan tes kepada orang dengan gejala dan hasilnya rasio kasus positif mencapai 7,5 persen.


"Tes, tes, tes bukan strategi Jepang. Pengujian sudah cukup. Jika ada jumlah kasus yang lebih besar lagi, kita perlu melakukan lebih banyak pengujian," ucap Suzuki.

Paparan virus corona pertama di Jepang terjadi pada Januari dan bertambah seiring kasus kapal pesiar Diamond Princess.

Menanggapi pandemi yang memunculkan hingga 200 kasus harian di seluruh Jepang, Abe kemudian merekomendasikan penutupan sekolah pada akhir Februari. Keadaan darurat pun diberlakukan pada 7 April lantaran kekhawatiran lonjakan virus yang berpengaruh pada sistem kesehatan Jepang. (dea)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER