New Normal Corona Singapura dan Memori Lebaran di Tanah Abang

CNN Indonesia
Senin, 18 Mei 2020 18:25 WIB
A cyclist rides across a quiet street in the central business district of Singapore on April 7, 2020, as the country ordered the closure of all businesses deemed non-essential as well as schools to combat the spread of the COVID-19 novel coronavirus. - Singapore's usually bustling business district was almost deserted on April 7 as most workplaces in the city-state closed to stem the spread of the coronavirus after a surge in cases. (Photo by Roslan RAHMAN / AFP)
Situasi Singapura saat pembatasan kegiatan akibat pandemi virus corona. (AFP/ROSLAN RAHMAN)
Jakarta, CNN Indonesia --
Ramadan tahun ini terasa berbeda bagi Nur Hafidza. Tak ada salat tarawih berjemaah serta iktikaf di masjid dan tidak ada kumpul-kumpul keluarga besar setiap pekan untuk buka bersama di rumah sang nenek.

Perempuan asal Singapura itu mengatakan kehidupan pasca-pandemi virus corona (Covid-19) benar-benar mengubah aspek kehidupan hampir semua orang, mulai dari cara berinteraksi antara sesama, aturan bepergian, hingga kegiatan beribadah.

Nur mengatakan pemerintah Singapura bahkan telah menetapkan pedoman perayaan Idulfitri. Dewan Agama Islam Singapura (MUIS), menuturkan perayaan Idul Fitri tahun ini tidak akan disambut dengan perayaan atau kunjungan keluarga.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

MUIS bahkan melarang pelafalan takbir di masjid dan meminta masyarakat melakukannya di rumah masing-masing. Mufti (pemberi fatwa) dan beberapa guru agama akan memimpin takbir secara daring.
"MUIS juga telah merilis aturan salat Id di rumah dengan keluarga. Takbir dan khotbah akan disiarkan langsung sehingga orang-orang tetap bisa beribadah bersama," ujar Nur.

Sejak Maret lalu, pemerintahan Perdana Menteri Lee Hsien Loong telah menerapkan kebijakan pembatasan pergerakan (circuit breaker) untuk menekan angka penularan virus corona di Negeri Singa.

Dalam pernyataan pada 21 April lalu, PM Lee bahkan memutuskan memperpanjang aturan tersebut hingga 1 Juni mendatang.

Pembatasan pergerakan diperpanjang setelah Singapura terkejut dengan gelombang kedua penularan corona. Semula, Singapura dianggap berhasil menekan penularan Covid-19 dengan kasus dan angka kematian yang terbilang rendah.

Namun, sekitar awal April lalu, Singapura menemukan sejumlah kluster baru penularan corona yang salah satunya merupakan asrama-asrama pekerja migran. Hingga Senin (18/5), Singapura tercatat memiliki 28.083 kasus corona dengan 22 kematian.

Meski aturan pembatasan pergerakan dicabut, Nur merasa kehidupan warga Singapura bahkan seluruh orang di dunia tidak akan sepenuhnya lagi sama seperti sebelum pandemi menyerang.

"Saya tidak menyangka banyak hal yang saya rindukan sebelum wabah menyerang," kata Nur saat bercerita kepada CNNIndonesia.com.
Suasana SIingapura di tengah pembatasan kegiatan akibat virus corona. (AFP/ROSLAN RAHMAN)
Nur bercerita Ramadan merupakan momen yang paling ditunggu. Setiap pekan kedua atau ketiga Ramadan, dia dan keluarga kerap berlibur selama beberapa hari ke Jakarta.

Perempuan berusia 26 tahun itu mengatakan Tanah Abang dan Thamrin City kerap menjadi tujuan belanja Lebaran favorit dia dan keluarga selama berada di Jakarta.

Suasana berdesakan dan debat sengit tawar-menawar harga dengan sang penjual menjadikan dua tempat belanja itu memiliki kenangan khusus bagi Nur dan keluarga.

"Kami kerap melakukan perjalanan Ramadan setiap tahun ke Jakarta. Saya dan keluarga suka sekali pergi ke Jakarta untuk belanja Lebaran. Ibu saya suka sekali pergi ke Thamrin City, suasananya tidak bisa kami dapat di Singapura," ujar Nur.

"Sayangnya, kami tidak bisa melakukan perjalanan itu tahun ini. Singapura mengimbau warga untuk tidak bepergian ke luar negeri sementara waktu. Lagi pula, Indonesia juga masih menerapkan larangan masuk bagi warga asing. Jadi kami praktis tidak bisa ke mana-mana," katanya menambahkan.

Indonesia memang memutuskan melarang warga asing dari seluruh dunia untuk masuk dan transit pada 2 April lalu demi menekan penyebaran corona di dalam negeri.

Aturan pembatasan bepergian dan penguncian wilayah juga banyak diterapkan negara lainnya untuk membendung penularan Covid-19.
Nur khawatir pembatasan pergerakan, terutama soal aturan bepergian ke luar negeri, ini akan berlaku untuk waktu yang panjang dan entah sampai kapan berakhir.

"Karena kita tidak tahu kapan pandemi ini berakhir, dan bahkan sepertinya virus itu tidak akan benar-benar hilang," tuturnya.

Sementara itu, Nur menganggap bepergian ke luar negeri merupakan hal yang cukup berpengaruh bagi sebagian besar warga Singapura.

Menurutnya, melancong ke luar negeri merupakan kegiatan favorit warga Singapura ketika masa-masa liburan datang. Nur menuturkan bepergian ke luar negeri menjadi salah satu "obat" warga Negeri Singa untuk beristirahat sejenak dari tekanan pekerjaan yang tinggi.

"Travelling itu bagian yang tidak terpisahkan bagi warga Singapura. Karena kami hidup di negara yang kecil jadi ketika liburan tiba kami suka bepergian ke tempat-tempat asing. Saat Lebaran, warga Singapura bahkan banyak yang mudik ke Malaysia untuk mengunjungi keluarga mereka. Tapi saya berpikir itu tidak mungkin dilakukan tahun ini bahkan dalam waktu dekat dengan situasi saat ini," kata Nur.
Sejauh ini, PM Lee belum mengeluarkan pedoman baru dalam menghadapi virus corona. Belum ada kepastian pula apakah Singapura akan memperpanjang lagi kebijakan circuit breaker atau tidak.

"Sejauh ini belum ada pengumuman dari pemerintah setelah Juni nanti. Tapi, pemerintah telah mengatakan bahwa model bekerja dari rumah akan menjadi norma standar mulai sekarang karena ketidakpastian situasi setelah circuit breaker berakhir nanti," ujar Nur.

New Normal Bisnis Hiburan

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER