Amnesty Sebut Corona di Kamp Rohingya Bisa Jadi Malapetaka

CNN Indonesia
Sabtu, 16 Mei 2020 09:12 WIB
In this photograph taken on August 12, 2018, Saleema Khanam, 8, leaves her tent as she goes to a madrassa (Islamic seminary) for her studies in Kutupalong camp, in Ukhia near Cox's Bazar.
Islamic seminaries or madrassas, catering to Rohingya children driven from Buddhist-majority Myanmar by a wave of genocidal violence, are springing up in the world's largest refugee camp in Bangladesh since a massive influx of Rohingya Muslims last year. Formal schooling, which suggests a permanent presence, is not allowed in the camps. For many children, the madrassas are the only places to learn. / AFP PHOTO / CHANDAN KHANNA
Ilustrasi anak-anak Rohingya. (AFP PHOTO / CHANDAN KHANNA)
Jakarta, CNN Indonesia -- Organisasi pemerhati hak asasi manusia Amnesty International mendesak dunia mengambil langkah cepat dalam membantu Bangladesh membendung penularan virus corona (Covid-19) di kamp pengungsi kaum Rohingya.

Pernyataan itu diutarakan juru kampanye Amnesty International Asia Tenggara, Saad Haamadi, menyusul kasus virus corona pertama di kamp Rohingya di Cox's Bazar, Bangladesh, terdeteksi.

Haamadi mengatakan prosedur kesehatan harus segera diterapkan di kamp-kamp yang menampung ratusan ribu pengungsi Rohingya itu demi mencegah penularan corona.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


"Sebelum pandemi merebak, kondisi kamp pengungsi Rohingya sudah mengkhawatirkan. Kamp penampungan Rohingya di Cox's Bazaar Bangladesh merupakan kamp pengungsian terpadat dan terbesar di dunia. Hampir 40 ribu orang per kilometer persegi," kata Haamadi dalam webinar bertemakan isu Rohingya pada Jumat (15/5). 

Haamadi mengatakan "penularan dikhawatirkan akan semakin meluas dan membuat pengungsi Rohingya lebih menderita lagi."

"Ini bisa menjadi malapetaka," ujarnya jika tidak ada pihak yang segera mengambil langkah pencegahan.
Foto: CNN Indonesia/Fajrian

Haamadi menuturkan sejauh ini Perserikatan Bangsa-Bangsa dan sejumlah organisasi kemanusiaan lainnya telah mempersiapkan prosedur kesehatan bagi para pengungsi Rohingya. Namun, ia khawatir persiapan alat dan sumber daya lainnya tidak mencukupi untuk benar-benar memeriksa seluruh pengungsi.

"Meski sudah ada persiapan dan prosedur kesehatan yang dilakukan, tapi tetap saja ini adalah hal yang kritis dan perlu perhatian tinggi. Ini memang bukan tugas yang mudah untuk menangani kamp pengungsi terpadat di dunia," kata Haamidi.


Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengonfirmasi seorang laki-laki penghuni kamp Rohingya di Bangladesh dan seorang laki-laki lokal yang tinggal di dekat kamp itu positif terinfeksi corona pada Kamis (15/5).

Keduanya saat ini menjalani perawatan di sebuah klinik di area kamp pengungsian.

"Satu pasien corona berasal dari kamp pengungsi dan satu lain dari warga lokal di sekitarnya," ujar juru bicara WHO Catalin Bercaru kepada AFP.

Bercaru mengatakan tim investigasi WHO saat ini sedang dikerahkan untuk menindaklanjuti perawatan dan penelusuran penularan virus terhadap kedua pasien. WHO juga akan melacak kontak pasien untuk keperluan karantina dan pengujian virus.


Sementara itu pemerintah setempat mengatakan telah mengambil langkah-langkah pencegahan dan meningkatkan pengetesan virus terhadap penghuni kamp.

Bangladesh sendiri mengonfirmasi kasus corona pertama pada awal Maret lalu, hingga kini tercatat ada 18.863 dengan 283 pasien meninggal dan 3.361 orang sembuh. Untuk menekan penularan corona, pemerintah Bangladesh telah memberlakukan lockdown nasional sejak 26 Maret lalu. (rds/dea)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER