Lonjakan Kasus Corona Brasil dan Kontroversi Bolsonaro

CNN Indonesia
Kamis, 21 Mei 2020 13:51 WIB
A victim of the Covid-19 virus is evacuated from the Mulhouse civil hospital, eastern France, Monday March 23, 2020. The Grand Est region is now the epicenter of the outbreak in France, which has buried the third most virus victims in Europe, after Italy and Spain. For most people, the new coronavirus causes only mild or moderate symptoms. For some it can cause more severe illness. (AP Photo/Jean-Francois Badias)
Ilustrasi tenaga medis membawa pasien virus corona. (AP/Jean-Francois Badias)
Jakarta, CNN Indonesia -- Brasil menjadi negara dengan kasus virus corona terbanyak ketiga di dunia setelah Amerika Serikat dan Rusia.

Pada Rabu (20/5) Brasil mencatat rekor harian tertinggi kasus baru Covid-19 yakni sebanyak 19.951. Negara itu juga melaporkan lonjakan kematian baru tertinggi pada Selasa (19/5) yang mencapai 1.130 jiwa.
 
Menurut data dari Johns Hopkins University, saat ini Brasil memiliki 291.579 kasus corona, dan 18.859 kematian. Sementara data statistik Worldometer menunjukkan ada 293.357 kasus Covid-19 di Brasil, dan 18.894 kematian.

 
Sejumlah pihak menilai lonjakan kasus itu terjadi lantaran buruknya penanganan pemerintah, terutama respons Presiden Jair Messias Bolsonaro dalam menanggapi pandemi. Kebijakannya dianggap kontroversial.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dilansir dari Forbes, hal itu terlihat dari minimnya pemeriksaan yang dilakukan. Sejauh ini Brasil baru melakukan pemeriksaan kurang dari 3.500 orang dari per satu juta penduduk.
 
"Di pasar negara berkembang, Brasil jelas lebih buruk ketika Anda melihat tingkat infeksi dan kematian," kata Ekonom Schroders, Piya Sachdeva.
 
Dia menunjukkan, R0 atau tingkat infeksi di Brasil sekitar 1,3, yang berarti setiap orang yang positif rata-rata bisa menularkan ke lebih dari satu orang.

Foto: CNN Indonesia/Fajrian
 
Para ahli juga menyatakan, dengan minimnya pemeriksaan, kemungkinan besar angka kasus corona d Brasil akan terus bertambah, dan yang terburuk masih akan terjadi.

Akibat Covid-19, Brasil mengalami krisis kesehatan masyarakat terburuk sejak wabah virus Zika pada tahun 2015.
 
Bolsonaro dinilai memiliki lebih banyak musuh daripada teman di negaranya sendiri. Sejak awal ia menganggap remeh penularan virus corona.

 
Seperti halnya Presiden AS Donald Trump, sejak awal penyebaran, Bolsonaro kerap menganggap virus corona tak ubahnya flu biasa.
 
Dalam sebuah jumpa pers pada akhir April lalu, Bolsonaro sempat ditanya oleh sejumlah wartawan mengenai tanggapannya melihat lonjakan jumlah korban meninggal.
 
Pria yang dijuluki 'Trump dari Brasil' itu menjawab, "Terus kenapa? Maaf, tapi Anda ingin saya melakukan apa?"
 
Dia juga mengkritik kebijakan pemerintah sejumlah negara bagian seperti Sao Paulo dan Rio de Janeiro, yang menetapkan lockdown dan larangan keluar rumah.
 
Dalam sebuah kesempatan pada pertengahan April lalu, Bolsonaro juga ikut turun ke jalan dan bergabung bersama ratusan demonstran untuk memprotes kebijakan lockdown, menjaga jarak, dan berdiam diri di rumah.
 
"Saya berada di sini karena saya percaya pada kalian dan kalian semua ada di sini karena percaya pada Brasil," kata Bolsonaro saat berorasi di depan sedikitnya 600 pendemo.
Foto: CNN Indonesia/Fajrian
 
Bahkan, ia sempat menghabiskan waktu berlibur di sebuah resor ski di tengah pandemi Covid-19.

Gubernur dan wali kota di Brasil telah mengambil tindakan sendiri akibat jumlah kematian yang bertambah dua kali lipat, sementara Bolsonaro menentang tindakan itu dan mendorong para pendukungnya untuk ikut menentang mereka.

Bolsonaro terus mengadakan demonstrasi dan acara di luar ruangan untuk menentang kebijakan lockdown yang disarankan oleh Menteri Kesehatannya.

Kawan-kawannya yang pro-reformasi sejak di awal pemerintahannya mulai meninggalkan, Ketua DPR Rodrigo Maia terlibat konflik dengan Bolsonaro, para pendukung tidak menyukai dan baru-baru ini melayangkan protes di ibu kota.
Presiden Brasil Jair Messias Bolsonaro MAURO PIMENTEL / AFP

Bolsonaro pun berselisih paham dengan Menteri Kesehatan, Luiz Henrique Mandetta, terkait kebijakan lockdown tersebut. Ia menganggap kebijakan itu akan menghancurkan negara.
 
Tak terima dengan kebijakan menterinya, ia kemudian memecat dan memilih menteri kesehatan pengganti.
 
Hanya saja, dalam waktu kurang dari sebulan, menteri kesehatan baru, Nelson Teich, memilih mengundurkan diri dengan alasan tidak cocok dengan presiden.
 
Teich dan Bolsonaro disebut berbeda pendapat soal penggunaan chloroquine atau pil kina dalam penanganan Covid-19.
 
Bolsonaro berpandangan, chloroquine dapat menjadi obat yang menjanjikan dalam pengobatan infeksi tersebut. Padahal, sejumlah riset meragukan efektivitas dan mempertanyakan efek samping penggunaan obat itu.

 
Kabar mundurnya Teich kembali memantik protes anti-Bolsonaro di sejumlah daerah, salah satunya Rio de Janeiro.
 
"Pemerintah semakin produktif dalam menciptakan krisis di dalam krisis. Untuk pasar, mempersepsikan bahwa pemerintah tidak bisa menunjukkan solusi yang jelas untuk mengendalikan Covid-19 dan perlindungan ekonomi pasca Covid-19 di Brasil," kata Pendiri Policy Blueprint, Thiago Aragao.
 
RS kewalahan

Semakin banyaknya kasus corona membuat sejumlah rumah sakit kewalahan. Wali Kota Sao Paulo Bruno Covas mengatakan bahwa rumah sakit di kota kewalahan menghadapi lonjakan pasien infeksi virus corona. Seperti dikutip dari CNN, Covas menyebut kapasitas rumah sakit telah terisi hingga mencapai 90 persen.

Karena itu dia memperingatkan bahwa sistem kesehatan di kota itu bisa runtuh jika penduduk tidak mematuhi pedoman isolasi mandiri.

Selain itu, layanan pemakaman di Brasil juga mengalami hal serupa. Pemakaman kewalahan menghadapi lonjakan kematian pasien virus corona. (ans/dea)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER