Taktik Kekebalan Kelompok Corona Swedia Belum Capai Target

CNN Indonesia
Sabtu, 23 Mei 2020 05:20 WIB
People chat and drink in Medborgarplatsen, Stockholm, Sweden, Saturday, April 4, 2020. Swedish authorities have advised the public to practice social distancing because of the coronavirus pandemic, but still allow a large amount of personal freedom, unlike most other European countries. The new coronavirus causes mild or moderate symptoms for most people, but for some, especially older adults and people with existing health problems, it can cause more severe illness or death. (AP Photo/Andres Kudacki)
Swedia tidak menerapkan lockdown dan pembatasan kegiatan yang ketat di masyarakat untuk menekan penularan virus corona. (AP Photo/Andres Kudacki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Taktik pemerintah Swedia menghadapi pandemi virus corona dengan cara membentuk kekebalan kelompok (herd immunity) dinilai belum efektif.

Dengan tidak memberlakukan penguncian wilayah (lockdown), ternyata sampai saat ini baru 7,3 persen penduduk di Stockholm yang bisa membentuk antibodi virus corona, sejak rencana itu bergulir pada akhir April lalu.

Berdasarkan 1.118 pengujian dalam sepekan yang dilakukan Badan Kesehatan Masyarakat Swedia, data yang mereka punya sama dengan sejumlah negara lain, yakni jumlah penduduk yang mempunyai antibodi corona masih di bawah standar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kekebalan kelompok baru bisa terbentuk jika 70 sampai 90 persen anggota masyarakat sudah kebal baik karena telah terinfeksi dan pulih atau melalui vaksinasi.


Juru bicara Badan Kesehatan Masyarakat Swedia mengatakan, penelitian itu bertujuan untuk mengakomodasi jumlah tes yang sama setiap tujuh hari selama periode delapan minggu. Hasil dari daerah lain akan dirilis menyusul.

Sejak awal, strategi ini dikritik oleh para peneliti Swedia. Mereka mengatakan upaya menciptakan kekebalan kelompok mendapat dukungan yang rendah, tetapi pemerintah membantah bahwa tidak bertujuan membentuk kekebalan kelompok.

Apalagi Swedia juga memutuskan bersikap lunak terhadap dalam menghadapi pandemi ini. Selain tidak melakukan lockdown, mereka juga tidak membatasi kegiatan masyarakat, dan hanya menganjurkan menjaga jarak.

Ketika itu terjadi, penyakit ini cenderung menyebar ke orang-orang yang tidak kebal karena tidak adanya cukup orang yang membawa infeksi untuk menjangkau mereka.

Dilansir CNN, Jumat (22/5) sampai saat ini belum ada masyarakat yang mencapai tahap kekebalan kelompok terhadap virus corona.

Selama pandemi, Swedia telah mengadopsi strategi berbeda dengan negara-negara kawasan Nordik lainnya. Negara itu memilih menghindari lockdown dan menjaga sebagian besar sekolah, restoran, salon, dan bar untuk tetap buka.
Penduduk Swedia masih bebas berkegiatan di masa pandemi virus corona. (AP Photo/Andres Kudacki)
Akan tetapi, pemerintah Swedia juga meminta masyarakat untuk menahan diri dari melakukan perjalanan panjang, menekankan pada tanggung jawab pribadi untuk menghindari tertular virus corona.

Dalam sebuah jumpa pers di Stockholm, Kepala Ahli Epidemiologi Swedia, Anders Tegnell, mengatakan jumlah itu sedikit lebih rendah dari yang diharapkan, tapi kemungkinan satu atau beberapa persen tidak terlalu rendah dan sesuai dengan model perhitungan yang dia miliki.

Pada 24 April lalu, Tegnell mengatakan pemerintah meyakini penduduk Stockholm memiliki tingkat kekebalan antara 15 dan 20 persen dari populasi.

Strategi ini telah bekerja dalam beberapa aspek karena sistem kesehatan Swedia mampu mengatasinya Selalu ada setidaknya 20 persen ruang perawatan intensif yang kosong dan mampu merawat pasien Covid-19.

Tegnell juga meyakini bahwa langkah ini akan membantu Swedia menahan kemungkinan adanya gelombang kedua infeksi Covid-19.

"Ini pasti akan mempengaruhi tingkat reproduksi dan memperlambat penyebaran, tapi itu tidak akan cukup untuk mencapai kekebalan kelompok," kata Tegnell.


"Vaksin akan membuat kita lebih cepat mendapat kekebalan daripada infeksi," kata Asisten Profesor Epidemiologi di Sekolah Kesehatan Masyarakat Harvard T. H. Chan, Michael Mina, dalam sebuah wawancara dengan Public Radio International's The World.

Persentase antibodi masyarakat Swedia tidak jauh berbeda dengan negara lain yang melakukan lockdown. Menurut hasil awal studi epidemiologis oleh pemerintah Spanyol pada 14 Mei, 5 persen orang telah mengembangkan antibodi virus corona.

Menteri Luar Negeri Swedia, Ann Linde, dan Direktur Pelaksana di Institut Swedia untuk Ekonomi Kesehatan (IHE), Peter Lindgren, mengatakan bulan lalu mereka gagal mencegah tingginya angka kematian di tempat perawatan.

Menurut Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Ceko, Martin Kuba, pemerintah wilayah Jihocesky yang mempelopori tes massal acak untuk virus corona bagi masyarakat umum dan pekerja di garis depan, menunjukkan hasil awal proporsi orang yang memiliki penyakit itu berada di satu digit persen daripada fraksi persen.

Direktur Pusat Penelitian dan Kebijakan Penyakit Menular di Universitas Minnesota, Michael Osterholm, dalam acara CNN Tonight with Don Lemon memperkirakan awal bulan ini antara 5 persen dan 15 persen orang di AS telah terinfeksi.

Dia mengatakan virus corona akan menyebar dan menulari setidaknya 60 hingga 70 persen dari populasi sebelum penyebarannya melambat. Namun, ia memperingatkan bahwa negara itu memiliki jalan panjang untuk mencapai kekebalan kelompok.

Sebuah laporan yang ditulisnya bersama ahli epidemiologi dan sejarawan lainnya memperkirakan ini akan memakan waktu 18 hingga 24 bulan.

[Gambas:Video CNN]

Direktur Eksekutif Program Kedaruratan Kesehatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Mike Ryan, menyebut konsep kekebalan kelompok sebagai perhitungan yang berbahaya.

Saat ini, menurut catatan dari Sekolah Kedokteran Universitas Johns Hopkins, Swedia memiliki 32.172 kasus virus corona dan 3.871 kematian. (ayp)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER